Cute Brown Spinning Flower

5.8.16

RADAR BAND - Chapter 07


Gambar: Akagami no Shirayukihime - Season 1


“Permisi Mas Pasha,” ucap Arlo saat memasuki studio di samping sekolahnya.
“Eh, Arlo! Mau rental, ya?” tanya Mas Pasha.
“Iya, Mas. Tapi kayaknya udah ada ngeduluin,” jawab Arlo seraya menengok ke ruang studio.
“Oh, iya. Memang sudah ada yang pesan. Mau nunggu? Rentalnya cuma dua jam, kok,” tawar Mas Pasha.
“Sebentar ya, Mas.” Arlo kembali keluar dari studio. Ia menghampiri Reky dan yang lainnya di luar studio.
“Nunggu dua jam nggak apa-apa?” tanya Arlo.
“Udah ada yang ngeduluin, ya?”tanya Ancient.
“Siapa yang main?” sambung Reky.
“Band idola sekolah,” jawab Arlo.
“Oh, Logo Band,” ucap dazaki dan Raja bersamaan. Arlo mengangguk membenarkan,
“Mau nunggu nggak?” tanya Arlo lagi.
Akhirnya Arlo dkk menyetujui untuk menunggu. Mereka memasuki ruang tunggu studio. Menyebalkan memang, tapi mereka tidak bisa membatalkan latihan dan hanya studio ini yang bisa digunakan. Dari dalam ruang studio terdengar bait akhir lantunan musik “Ciuman Pertama – Ungu”.
CKLEK!
Seseorang keluar dari dalam studio. Suara musik sudah tak keras lagi. Rupanya itu Afrizy, drummer Logo Band. Ia keluar dari ruang studio. Langkahnya terhenti saat melihat rombongan Arlo di ruang tunggu studio.
“Kalian rupanya,” seru Afrizy, membuat Arlo dkk menengok ke arahnya.
Pukul lima sore, Arlo dkk dan para personil Logo Band keluar dari studio. Rupanya Logo Band mengajak Arlo dkk untuk latihan bersama. Sehingga mereka tidak perlu menunggu terlalu lama.
“Wah! Permainan band kalian bagus banget,” puji Toya, vokalis Logo Band.
“Thanks ya, Bang. Udah ngajak latihan bareng. Tapi band kita baru terbentuk, jadi nggak sebagus band lu, Bang.” Jawab arlo.
“By the way, nama band lu apa, Lo?” tanya Afrizy.
“Nama band, ya?” gumam Arlo. Ia menoleh ke arah Reky.
“Apa ya, Ky?” tanyanya kemudian.
“Nama band-nya belum ada, Bang.” Jawab Reky sambil cengar-cengir. Ia baru ingat kalau band mereka belum diputuskan namanya.
“Belum Ada? Lucu banget, deh namanya.” Toya memuji.  Ia pikir nama band yang dibentuk Arlo dkk adalah ‘Belum Ada’.
“Bego banget sih lu, Toya. Maksudnya, belum dikasih nama band-nya, makanya belum ada,” sambar Orgarus. Ia mendorong kepala Toya.
“Ha? Beneran?” tanya Toya lagi pada Arlo.
“Ya, begitulah. Gue baru sadar kalau lupa ngasih nama. Nanti kita coba pikirin. Hehehe,” jawab Arlo. Seluruh personil Logo Band tertawa mendengar pengakuan Arlo.
**************************************
“Hallo, semuanya!” sapa Ancient pada Arola, Welvy, dan Sahra saat pulang sekolah. Jum’at itu tak ada jadwal Arlo dkk latihan, jadi Reky, Ancient, Raja dan Dazaki bisa mengurusi kepentingan masing-masing.
“Nggak duluan lagi?” tanya Welvy setengah sinis. Karena selama Ancient bergabung dalam band, ia lebih sering pulang mendahului teman-temannya yang tak tahu menahu itu.
“Sorry, dong! Keperluan itu nggak bisa ditunda. Maafin, ya!” Ancient memohon. Tapi ketiga temannya hanya diam saja.
“Ya, udah deh. Gue pergi aja,” Ancient ngambek karena dicuekin oleh teman-temannya.
“Eits! Baru gitu ngambek,” ujar Arola. Ia menarik lengan Ancient.
“Habis kalian diam saja,” jawab Ancient.
“Kita becanda kok, An.” Welvy memeluk Ancient, begitu pun Arola dan Sahra.
“Yuk, pulang bareng!” ajak Sahra.
Ancient, Welvy, sahra dan Arola berjalan beriringan saat keluar dari kelasnya. Seraya tertawa bercanda, mereka menuju pintu gerbang sekolah. Di hadapan mereka rupanya ada Levy dan Ikrar sedang mengobrol sambil menunggu seseorang. Karena Welvy dan lainnya terlalu asyik bercanda, mereka tidak melihat Levy dan Ikrar.
“Hei, An! Pulang?” seru Ikrar. Ia melambaikan tangan saat mendapatkan perhatian dari Ancient.
“Iya, kak. Duluan kak,” jawab Ancient. Ikrar menjawab dengan menganggukkan kepala dan tersenyum saat Ancient dan teman-temannya melewati mereka. Sedangkan Levy hanya diam memperhatikan dan kembali menghadap Ikrar.
“Tadi Kak Levy lihat ke kita, lho!” seru Sahra setelah agak jauh melewati pintu gerbang sekolah.
“Iya. Tapi buang pandang lagi,” sambung Arola.
“Kenapa ya, setiap kita nggak sengaja bertemu Kak Levy, kalau kita liatin dia buang pandang, kalau kita cuekin dianya lirik-lirik. Sebel, deh!” komentar Welvy.
“Lho, bukannya kalian nge-fans sama Kak Levy. Kok, sekarang jadi nggak suka gitu?” tanya Ancient yang sejak tadi memperhatikan teman-temannya.
“Ya, iyalah. Sombong,” jawab Welvy, Arola dan Sahra bersamaan dengan nada yang cukup keras.
Orang-orang yang berlalu lalang menengok ke arah mereka. Ancient dan lainnya menunduk karena malu.
“Keras banget, sih kalian,” bisik Ancient. Welvy dan lainnya cuma bisa cengar-cengir. Mereka berjalan kembali menjauhi orang-orang yang memperhatikan mereka.
“Oh, iya. Kak Ikrar kok bisa kenal sama kamu, An?” tanya Welvy kemudian.
“Ng... nge-fans sama gue kali. Hehehe,” jawab Ancient sekenanya.
“Nggak mungkin. Pasti dari Raja, kan? Tadi gue liat Raja nyamperin Kak Ikrar dan Kak Levy. Terus akrab gitu ngobrolnya,” tebak Arola. Ancient menjawab dengan mengangkat bahunya.
“Sebaiknya lu jujur, An! Lu udah jadian sama Raja, kan?” tanya Sahra.
Ancient menarik nafas panjang.
“Bahas itu lagi. Kan, udah gue bilang, kalau gue sama Raja itu cuma temanan. Ngerti?” jelas Ancient meyakinkan teman-temannya.
“Eh, udah, udah! Kalian jangan memojokkan Ancient begitu!” ucap Welvy membela Ancient.
“Kecuali, kalau itu beneran...,” ternyata pembelaannya juga candaan.
“Ih, kalian ini. Meledek gue terus. Ada yang balas, lho nanti...,” Ancient semakin kesal saat melihat teman-temannya tertawa.
Tiba-tiba dari arah belakang mereka ada seseorang yang berlari hingga menyenggol bahu Welvy. Ia terjatuh ke aspal jalan diiringi teriakan Arola dan Sahra.
“Aduh! Saki, nih. Kalau jalan liat-liat...,” keluh Welvy. Namun kata-katanya terpotong saat mengetahui seseorang yang menabraknya. Rupanya itu Arlo.
“Sorry! Sorry banget! Gue nggak sengaja. Lagi buru-buru soalnya. Sorry banget, ya!” ucap Arlo. Ia menarik tangan Welvy untuk membantunya berdiri.
“Iya. Nggak apa-apa..,” jawab Welvy pelan. Ia menatap wajah Arlo.
“Beneran nggak apa-apa?” tanya Arlo lagi. Welvy mengangguk pelan.
“Kalau gitu, gue pergi dulu.” Pamit Arlo. Ia melepaskan tangannya dari tangan Welvy dan kembali berlari, meninggalkan mereka berempat.
Ancient, Arola, dan Sahra heran ketika melihat Welvy masih memperhatikan arah Arlo pergi tadi.
“Vy? Lu nggak apa-apa, kan?” tanya Ancient. Ia melambaikan tangannya di depan wajah Welvy.
“An, tadi itu Arlo, kan? Dekat banget, sih,” tanya Welvy seraya bergumam tak jelas.
“Lu nge-fans Arlo juga, Vy?”
“Bukan nge-fans lagi, tapi udah suka. Kapan ya gue bisa jadi pacarnya Arlo? Soalnya setiap akustikan, dia keren banget,” jawab Welvy. Tapi, daripada menjawab pertanyaan, lebih mirip dengan bergumam sendiri.
“Suka?!” seru ketiga temannya bersamaan. Saat Arola dan Sahra terheran-heran. Ancient justru tertawa terbahak-bahak.
“Hahaha, kamu suka sama Arlo, Vy? Kok, bisa sih? Hahaha,” ucap Ancient di tengah tawanya. Ia mencoba menahan tawanya saat melihat Welvy, Arola dan Sahra kebingungan.
“Kita lanjut jalan aja, ya!” ajaknya kemudian seraya mendorong ketiga temannya untuk kembali berjalan.
***************************
Pukul empat sore, hari minggu pada minggu kedua bulan Februari, Arlo dkk baru saja selesai latihan di studio milik Arie.
“Minggu depan udah mulai festival band aja,” gumam Ancient. Ia merebahkan diri pada sofa seraya menikmati cemilan yang disediakan Dazaki. Kemudian Raja datang dan duduk disampingnya. Tapi, tiba-tiba Raja berbaring hingga kakinya menyenggol tubuh Ancient. Ancient langsung menggeser tubuhnya ke arah kanan.
“Raja, lipat kakinya!” perintah Ancient.
“Apaan sih, An? Ngantuk, nih.” Jawab Raja. Ia masih mencoba meluruskan kakinya.
“Lipat kakinya! Kaki lu panjang tau. Gue cabut nih, bulunya,” ancam Ancient.
“Uh! Iya, nih gue lipat. Ngantuk, ni gue,” keluh Raja. Ia melipat kakinya dan memiringkan posisi tubuhnya ke kiri.
Arlo, Reky dan Dazaki tertawa geli melihat kedua temannya yang selalu bertengkar. Bahkan bukan hanya saat latihan saja, hanya berkumpul-kumpul pun ada saja yang mereka perdebatkan.
“Ngantuk kenapa, Ja? Begadang lu semalan?” tanya Dazaki. Ia berdiri di samping kanan sofa yang diduduki Ancient. Tangannya meraih kue kering di atas meja.
“Emm,” jawab Raja singkat.
“Lo! Arlo! Bisa main melodi yang ini, kan? Gue mau nyoba vokalnya, dong.” Pinta Reky pada Arlo yang saat itu masih memainkan gitarnya.
“Ok! Mulai dari intronya ya,” ucp Arlo menyetujui.
Selama Arlo dan Reky berlatih vokal, Dazaki merenungkan sesuatu.
“An! Menurut lu nama band kita apa, ya?” tanya Dazaki kemudian.
“Nama band, yaa? Apa ya?” gumam Ana.
“Iya. Kan, kita belum punya nama band-nya. Kalau Sleepy Band aja, gimana?” tambah Dazaki.
“Kok, Sleepy Band?” tanya Arlo saat telah selesai latihan dengan Reky. Mereka ikut bergabung bersama Dazaki dan Ancient.
“Ngeledek gue, lu Za.” Raja terbangun. Ia duduk merangkul kaki seraya menyenderkan kepalanya pada sofa.
“Eh, Raja udah bangun? Hihi,” tanya Ancient sambil tertawa geli.
“Terus namanya apa, dong?” ucap Raja.
Mereka berlima mulai memikirkan, mencari inspirasi untuk nama band yang mereka bentuk.
“Kira-kira namanya apa, ya?” gumam Arlo. Ia menengok kesana kemari memperhatikan berbagai benda dan teman-temannya. Mulai dari Raja, Ancient, Dazaki, Reky, dan sebaliknya. Mata dan otaknya sama-sama berputar.
“AH! Gue tau!” serunya.

-to be continued-


21.7.16

RADAR BAND - Chapter 06


Sumber: blog.duitpintar.com

Kamis pagi, minggu pertama bulan Februari, satu bulan setelah ujian kenaikan kelas, Arlo berjalan santai memasuki gerbang sekolah. Tangannya menarik-narik tali dari tas punggu yang ia kenakan, berusaha memosisikan seenak mungkin pada tubuhnya. Tiba-tiba, Ancient datang mendekat dari arah belakangnya sambil berlari.
“Arlo! Cepat, Lo!” ajak Ancient seraya menarik lengan Arlo. Arlo yang tadinya jalan santai, kini ikut berlari.
“Ada apa, An? Malu, nih dilihat orang-orang.” Arlo melihat orang-orang yang memperhatikan mereka.
“Cuekin aja!”
Ancient menarik Arlo hingga koridor pembatas antara kelas satu dan kelas tiga. Di sana terdapat papan yang berfungsi sebagai mading, bernama Para Media.
“Lihat, nih! Pengumumannya udah keluar,” ucap Ancient. Ia menunjuk salah satu selebaran yang ditempel di Para Media. Arlo memperhatikan selebaran itu.
“Festival band? Masih tiga mingguan lagi, kok.” Ujar Arlo, menganggap mudah.
“Itu sebentar lagi, Arlo. Kita masih harus latihan,” Ancient menarik ransel Arlo hingga hampir terjatuh.
“Eeehh! Sorry, sorry. Becanda, An. Becanda,” Arlo menenagkan Ancient seraya tersenyum geli melihat rekannya yang mudah terbawa emosi tersebut.
“Makin mirip Raja aja lu. Udah, ah. Gue masuk kelas,” komentar Ancient. Kemudian ia berbalik berjalan meuju kelasnya, meninggalkan Arlo.
Seraya tertawa geli dan geleng-geleng kepala, Arlo melangkah menjauhi Para Media menuju kelasnya. Ia masuk ke dalam kelas dan duduk di bangku. Bibirnya masih senyum-senyum mengingat Ancient tadi.
“Ciee, pagi-pagi udah senyum-senyum sendiri. Kesambet, lu?” komentar Reky. Ia baru sampai di kelas rupanya.
“Nggak, kok. Inget sama Ancient yang kesal aja tadi,” jawab Arlo.
“Lu naksir Ancient? Ketahuan Raja, habis lu.”
“Apaan sih, lu Ky?” Arlo mengacak-acak rambut Reky.
“Stop! Stop! Rusak rambut gue,” ujar Reky. Ia menjauhkan kepalanya dari jangkauan Arlo dan kembali merapikan rambutnya yang naik turun itu.
“Eh, Ky! Lu udah liat Para Media belum?” tanya Arlo kemudian.
“Festival Band, kan? Slow! Tiga minggu lagi,” jawab Reky.
“Tapi, tetap latihan, lho.”
“Iya pasti, dong. Soalnya pilihan lagu wajibnya tuh, nggak semua gue bisa vokalnya.”
“Emang yang lu bisa apa aja?”
Reky menyebutkan lagu-lagu wajib yang ia pikir dapat dinyanyikan olehnya. Mulai dari lagu yang berirama cepat hingga lagu ballad.
“Nah, itu banyak juga. Kan, hampir semua dari lagu-lagu itu sering kita pakai untuk latihan?” ujar Arlo.
Reky mengangguk-anggukan kepalanya. Tiba-tiba bel masuk berbunyi.
“Nanti kita coba di latihan lagi aja. Ok?” ucap Arlo seraya mengajak tos Reky. Reky membalas kemudian kembali duduk di bangkunya.
******************
Di kelas 2A, saat istirahat pertama, Ancient bersama Welvy, Arola, dan Sahra ngobrol-ngobrol di dalam kelas. Selain mereka berempat, ada juga kelompok anak perempuan lainnya yang sedang bergosip, Raja yang sedang membaca buku, dan beberapa anak laki-laki lainnya.
“Eh, An! Kenapa, sih akhir-akhir ini lu jadi jarang pulang bareng kita?” tanya Welvy.
“Kan, aku udah bilang kalau ada urusan lain,” jawab Ancient.
“Bukannya kamu pengen pulang sama... Raja?” tanya Arola setengah berbisik.
Mereka berempat menengok ke arah Raja yang berada di belakang mereka. Raja yang merasa diperhatikan melirik kearah mereka. Ia tersenyum seraya mengangkat alisnya. Ancient, Welvy, Arola dan Sahra kembali ke posisi semula mereka.
“Nggak, kok. Beneran. Gue sama Raja nggak ada apa-apa,” jelas Ancient.
“Jangan ngelak, deh. Gue lihat pakai mata kepala gue sendiri, lu sama Raja jalan bareng pas pulang sekolah,” ujar Sahra mencoba memojokkan Ancient.
“Mungkin waktu itu gue nggak sengaja ketemu Raja, jadi jalan bareng.” Jelas Ancient.
“Udah lah, An. Ngaku aja! Udah ketangkap basah juga,” ucap Welvy. Ia menyenggol-nyenggol bahu Ancient dengan bahunya.
Tiba-tiba Arlo, Reky dan Dazaki muncul di pintu kelas.
“Ja! Kantin!” teriak Arlo. Raja merasa terpanggil melihat ke arah mereka.
“Sip!’ jawab Raja seraya mengangkat jempolnya. Ia menyimpan bukunya di dalam laci meja. Kemudian Raja berjalanmendekati pintu kelas. Saat itu ia melewati Ancient dan teman-temannya.
“Duluan, ya An.” Pamit Raja. Ia menghilang bersama Arlo, Reky, dan Dazaki setelah melewati pintu kelas.
“Tuh, kan ketahuan. Ngaku aja, deh kalau udah jadia sama Raja!” bujuk Arola.
“Nggak, kok. Kita ke kantin aja, yuk!” ajak Ancient mengalihkan pembicaraan. Ia beranjak dari duduknya.
“Mau nyamperin Raja, ya?”
“Masih dibahas lagi. Nggak, kok.”
“Jawab dulu, dong! Kamu udah jadian sama Raja belum?” Welvy menarik lengan Ancient agar kembali duduk.
“Jawab sekarang juga!” paksa Sahra.
“Kalian mau gue jawab sekarang juga?” tanya Ancient. Ketiga temannya mengangguk.
“Sebenarnya, gue sama Raja itu.... Ada, deh. Liat aja nanti!” Ancient segera berlari keluar kelas, takut diinterogasi lebih lanjut dengan ketiga temannya. Ia menuju kantin.
“Ancient!” teriak Welvy, Sahra, dan Arola. Mereka pun keluar kelas mengejar Ancient.
************
Sementara itu Arlo, Reky, Raja dan Dazaki telah menerima pesanan mereka dari Bu Kantin setelah lima menit menunggu. Mereka menikmati minuman seraya berbincang-bincang ria.
“Za! Udah bilang ke Kak Arie kalau kita mau pakai studio?” tanya Arlo.
“Oh, iya. Gue lupa bilang ke kalian. Kata Kak Arie nggak bisa, soalnya udah ada yang pesen mau rental,” jawab Dazaki.
“Kenapa nggak bilang dari kemarin?” keluh Arlo.
“Ya, sorry. Gue lupa banget,” balas Dazaki.
“Terus gimana, Lo?” tanya Reky.
“Di studio samping sekolah bisa, kan? Kita nggak mungkin cancel latihan,” usul Raja.
“Iya. Tapi, kita mesti esan dulu ke Mas Pasha kalau mau rental.” Jawab Arlo.
“Kok, pesan Lo? Sabtu kemarin kita nggak pesan bisa,” tanya Raja.
“Yah, itu sih kebeneran kosong aja.”
“Terus gimana, dong?”
“Semoga aja kosong, lah.”
Arlo kembali mengaduk-ngaduk minumannya, hingga ia melihat Ancient yang berlari memasuki kantin. Ia menengok kesana kemari dengan terburu-buru.
“Hey, An! Sini gabung!” panggil Arlo. Ia melambaikan tangannya ke arah Ancient.
Ancient menganggukkan kepasalanya namun ia tidak segera menghampiri mereka. Ia justru masih menengok kanan, kiri, bahkan arah belakangnya, seperti mencari sesuatu. Setelah itu ia baru berani mendekat dan duduk di samping Dazaki.
“Kenapa, sih An?” tanya Arlo penasaran.
“Aku lagi dikejar sama Welvy, Sahra, dan Arola,” jawab Ancient. Ia masih celingukan kesana-kemari.
“Kok, kalian jadi main kejar-kejaran? Kan tadi masih ngobrol di kelas,” tanya Raja.
“Soalnya, mereka nggak tahu kalau gue ikut main di band. Jadi, mereka penasaran gue jadi dekat sama Raja. Terus gue diinterogasi habis-habisan. Makanya gue kabur,” jelas Ancient.
“Kenapa nggak cerita aja?” tanya Arlo lagi sambil tertawa geli melihat rekannya itu.
“Nanti mereka minta dijomblangin sama kalian,” jawab Ancient.
“Haa?!” Semuanya terkejut mendengarkan pernyataan Ancient. Bahkan Reky sampai tersedak karena saat itu ia sedang meminum jusnya.
“Eh! Mereka datang,” seru Ancient tiba-tiba. Rupanya ia melihat Welvy, Sahra, dan Arola memasuki kantin. Kemudian Ancient sembunyi di belakang tubuh Dazaki, karena tubuhnya yang paling besar dari yang lain.
Welvy, Arola, dan Sahra tak berhasil menemukan Ancient. Mereka meutuskan untuk keluar kantin dan mencoba mencari ke bagian sekolah lain. Saat itu Dazaki memberi tahu Ancient bahwa ketiga temannya sudah pergi. Ancient keluar dari persembunyiannya dan kembali duduk di bangkunya.
“Thank you, ya! Thank you. Huft!” Ancient merapikan pakainnya dan mulai duduk dengan tenang.
“Oh, iya An. Nanti latihan di studio samping sekolah,” ujar Arlo memberitahukan.
“Nggak jadi di rumah Za?” tanya Ancient.
“Nggak bisa. Soalnya udah ada yang rental.”

-to be continued-


20.7.16

RADAR BAND - Chapter 05


Sumber : zzistudio.com

Pentas seni mingguan itu berakhir. Siswa-siswi yang menonton bubar dan kembali ke rumah masing-masing. Namun, tidak untuk Arlo dkk. Mereka berencana untuk latihan band supaya semakin kompak dan dapat memenangkan festival band nanti.
“Ancient mana, sih? Kok, belum datang?” keluh Arlo yang saat itu telah bersama Reky, Raja, dan Dazaki. Mereka kini berada di pintu gerbang sekolah.
“Bukannya barengan sama lu, Ja?” tanya Reky pada Raja.
“Ancient bilang sih, ada urusan sedikit tadi.”
“Itu Ancient!” seru Dazaki menunjuk ke saat melihat Ancient berlari menghampiri mereka.
“Maaf, ya maaf! Tadi pamitan dulu sama temen yang lain. Soalnya mereka maksa pulang bareng,” ujar Ancient. Nafasnya masih terengah-engah.
“Tiga orang itu, ya?” tanya Raja. Ancient mengangguk-angguk.
“Yuk, berangkat!” ajak Arlo. Mereka semua mengikuti Arlo menuju studio yang letaknya tak jauh dari sekolah.
********
Minggu pagi, minggu ketiga bulan November, Arlo mengelap sepeda kesayangannya. Ia memakai kaos lengan pendek dan celana 3/4 , seraya bergumam sendiri.
“Pengen, sih. Sekali-sekali pergi pakai motor. Tapi, Bunda lebih perlu. Ada sepeda juga syukur, deh.”
Tiba-tiba Raja datang menggunakan sepedanya. Arlo menyimpan lap yang digunakan untuk membersihkan sepeda saat Raja di hadapannya.
“Udah siap, Lo?” tanya Raja.
“Iya,” jawab Arlo seraya mengacungkan jempol. Ia menaiki sepeda dan memakai topinya.
“Yuk!” ajaknya pada Raja. Kemudian mereka berdua mulai mengayuh sepeda menuju rumah Dazaki. Rencana hari ini, mereka akan latihan di studio Dazaki. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Reky yang membonceng Ancient dengan sepedanya. Mereka pun berangkat bersama-sama.
“Lama...!” komentar Dazaki ketika teman-temannya datang. Ia telah menunggu di depan pintu studio.
“Ya elah. Telat lima  menitan. Rumah lu jauh, Za.” Jawab Raja sambil cengar-cengir.
“Udah! Udah! Maaf deh, Za! Kita mulai aja, yuk!” ujar Arlo mencoba menengahi. Kemudian ia memasuki studio, disusul Ancient, Raja dan Reky di belakangnya. Dazaki menutup pintu studio saat teman-temannya menempatkan diri pada alat musik masing-masing.
“Ok! Latihan lagu apa, nih?” tanya Arlo setelah menggunakan gitarnya.
“Laguku-nya Ungu,” jawab Raja.
“Nggak mau. Lagunya lembut banget. Yang bikin semangat gitu, lho.” Komentar Ancient.
“Hapus Aku-nya Nidji gimana?” tanya Reky.
“Lagu sexy-nya Kapten!” seru Raja lagi.
“Udah! Udah! Kalau Yakin-nya Radja aja, gimana?” usul Arlo.
“Setu, Lo. Ada solo drumm-nya, tuh. Hehe,” jawab Dazaki. Ia menabuh drumm-nya mengikuti melodi drumm pada lagu Yakin-Radja. Teman-temannya yang lain setuju.
“Ok, deh! Musik!” teriak Reky.
*****************
“Yeah! Arlo! Main gitar lu keren banget,” puji Ancient seraya mengacungkan kedua jempolnya. Setelah berulang kali memainkan lagu Yakin dari Band Radja, akhirnya mereka bisa mengompakkan permainan musiknya.
“Lanjut?” tanya Reky. Arlo dan Dazaki mengangguk.
“Angin, ya?!” usul Raja.
“Angin-nya Dewa, kan?” goda Ancient.
“Bukan Dewa, An. Tapi, Raja,” tambah Dazaki seraya menunjuk Raja.
“Latihan backing vokal, yuk! Pakai lagu Tercipta Untukku-Ungu,” ucap Reky.
“Boleh, Ky. Boleh,” Arlo setuju. Diikuti yang lain.
“Ok! Semuanya siap?” tanya Reky. ia mengangkat mic-nya. Yang lain menjawab dengan mengangkat tangan. Kemudian Reky memberi aba-aba pada Arlo untuk memulai melodi.
***************
“Reky! Buka pintunya, Ky! Tangan gue penuh,” ujar Dazaki yang saat itu sedang membawa nampan berisi minuman dan cemilan.
“Wah, jadi ngerepotin Za,” ucap Reky saat membukakan pintu.
“Nggak, kok.” Dazaki menyimpan nampan tersebut di atas meja kecil di ruang studio. Raja, Arlo dan Reky segera mengambil cemilannya.
“An! Minum dulu!” ajak Dazaki pada Ancient yang masih asyik memainkan keyboardnya.
“Iya. Eh, Ja! Jangan ngabisin jatah gue, dong!” jawab Ancient. Ia protes saat melihat Raja lagi-lagi mengambil cemilan di meja.
“Tenang, An! Dazaki punya banyak,” ujar Raja seenaknya.
Mereka terdiam beberapa menit, menikmati suguhan yang diberikan Dazaki seraya mendengarkan alunan musik dari keyboard yang Ancient mainkan. Sampai akhirnya Reky mulai angkat bicara.
“Oh, iya. Kita, kan ada ulangan semester dua minggu lagi.” Ucapnya.
“Benar, tuh. Kita harus sudah mulai belajar dari sekarang nih mestinya,” tambah Ancient. Ia mendekat dan mengambil minuman.
“Udahlah, belajar semalam aja juga jadi, kan?” timpal Raja, meremehkan.
“Ih! Nggak boleh tahu! Nanti kena remedial, lho.” Balas Ancient.
“Kalau menurut gue, kita nggak usah latihan dulu. Kalau udah selesai ulangan, baru kita lanjut lagi,” pendapat Dazaki.
“Setuju. Setuju. Nanti, kan kita bisa pakai liburan sekolah buat latihan band.” Tambah Ancient.
“Gimana, Lo?” tanya Reky pada Arlo.
“Menurutku juga baiknya kita istirahat dulu dari latihan dan mulai fokus belajar pada ujian. Nanti setelah ujiannya selesai, kita ketemuan lagi untuk membicarakan rencana latihan selanjutnya. Setuju semua?” jelas Arlo.
“Setuju...!” keempat temannya bersorak.
“Berarti ini latihan kita yang terakhir sebelum ujian, dong? Gue pasti kange sama lu, An.” Ucap Raja, ia masih saja menggoda Ancient.
“Kita, kan sekelas Raja. Masih ketemu...,” jawab Ancient seraya menyubit lengannya Raja. Reky, Arlo, dan Dazaki tertawa terbahak-bahak memperhatikan kedua temannya tersebut.

-to be continued-


15.7.16

RADAR BAND - Chapter 04


Sumber : youtube.com

Sabtu, di minggu kedua bulan September, diadakan pentas seni di sekolah Arlo dkk. Pentas seni adalah kegiatan  rutin yang dilakukan sekolah setiap akhir pekan. Tujuannya agar siswa-siswi tidak stress belajar terus menerus, dan yang lebih penting untuk mengasah bakat mereka dalam bidang kesenian.
Maafkan aku...
Menduakan cintamu..
Berat rasa hatiku...
Tinggalkan dirinya...
Senandung lagu ‘Demi Waktu’-nya Ungu yang dibawakan oleh Logo Band memicu tepuk tangan siswa-siswi yang menonton pentas seni. Penampilan personilnya memang sudah melekat di hati para penontonnya. Band yang didalangi Toya – vokal, Ikrar – gitar, Levy – bass, Orgarus – keyboard, dan Afrizy – drumm, dimana mereka semua kini telah duduk di bangku kelas 3, setiap penampilannya sangat hebat. Tak jarang setiap pentas seni mereka dapat nge-band sampai lima kali karena permintaan penonton. Ditambah dengan wajah mereka yang bisa dibilang di atas rata-rata anak cowo kebanyakan, semakin banyak yang menyukai, terutama siswi-siswi.
“Makin lama, Logo Band makin hebat, ya?” komentar Reky  yang saat itu menonton Pensi bersama Arlo dan Dazaki. 
“Iya, semakin keren,” tambah Dazaki.
“Eh, hari ini kita latihan nggak? Kalau latihan jangan di studio-ku ya. Soalnya ada anak kuliahan yang mau rental tiga jam,” lanjutnya.
Memang selama Arlo dkk membentuk band, mereka lebih sering berlatih di studio milik Dazaki dan kakaknya, Arie. Walau memang awalnya sangat sulit untuk kompak, tapi mereka tetap berusaha.
“Hebat bener” gumam Arlo yang masih memperhatikan penampilan Logo Band.
“Arloo! Lu dengar kata Dazaki nggak, sih?” seru Reky. Ia melambai-lambaikan tangan di depan wajah Arlo.
“Iya, gue dengar. Kita latihan di studio samping sekolah,” jawab Arlo seraya menahan tangan Reky yang melambai-lambai. 
“Oke, deh. Gue cari Raja dan ancient dulu,” ujar Dazaki. Kemudian ia berlari meninggalkan Arlo dan Reky.
****************
Sorak sorai dan tepuk tangan penonton semakin meriah saat Logo Band turun dari panggung. Siswi-siswi mulai histeris saat Logo Band melewati mereka saat berjalan keluar panggung. Kumpulan penonton yang berkerumun untuk mengambil gambar personil Logo Band dengan handphone-nya mulai bubar. 
“Gimana, La? Dapat nggak?” tanya Welvy menyongsong Arola saat selesai mengambil gambar personil Logo Band dengan kamera handphone-nya.
“Dapat, sih. Tapi nggak terlalu bagus,” jawab Arola. Ia memberikan handphone pada Welvy kemudian duduk di samping Ancient.
“Lihat, dong lihat!” Ancient bergabung dengan Welvy dan Sahra yang sedang melihat-lihat hasil gambar Arola.
“Ih, Kak Levy manis banget,” ujar Welvy saat melihat gambar Levy sedang tersenyum memainkan bass-nya.
“Kebanyakan foto Kak Levy ya, La?” tanya Ancient.
“Iya. Soalnya aku suka banget sama Kak Levy,” jawab Arola. Ia memgang pipi dengan kedua tangannya sambil senyum-senyum kegirangan.
“Lagi ngeliat apaan, sih?” tiba-tiba Raja datang dan iktu berkerumun dengan Wely, Ancient, dan Sahra.
“Ih, Raja! Ngapain, sih ikut-ikutan?” tanya Sahra agak gusar karena kesenangannya tiba-tiba terganggu.
“Haha. Galak banget. Gue pinjam Ancient sebentar, boleh?” tanya Raja.
“Jangan lama-lama, lho!” jawab Welvy. Kemudian asyik kembali memperhatikan foto-foto.
“Kenapa, Ja?” Ancient bangkit dari duduknya. Ia memperhatikan Raja menunjuk ke arah persimpangan koridor kelas. Ancient melihat Arlo, Reky, dan Dazaki di sana dan ia bersama Raja mendekati mereka.
******************************
“Lama banget,sih. Habis darimana?” tanya Sahra saat Ancient dan Raja datang.
“Nggak dari mana-mana, kok,” jawab Ancient. Ia kembali duduk di samping Welvy.
“Eh! Eh! Kak Levy, Kak Levy lewat sini,” seru Arola sibuk sendiri. Ia menepuk-nepuk lengan Ancient untuk menarik perhatian ketiga temannya.
“Mana? Mana?” tanya Welvy ikutan sibuk.
Arola, Welvy dan Sahra senyum-senyum saat melihat para personil Logo Band melintas di hadapan mereka. Seraya berdecak kagum dalam hari, namun tak pernah tersampaikan. Sepertinya Levy merasa diperhatikan. Ia menoleh ke arah Arola, Welvy, Sahra, Ancient dan Raja. Arola, Welvy dan Sahra segera buang pandang saat mengetahuinya. Begitu juga Levy, ia membuang pandangannya dari mereka berlima.
“Ih, tadi Kak Levy nengok,”ujar Welvy dengan gaya gemesnya.
“Iya. Nggak nyangka tahu,” sambung Sahra.
“Udah main bass-nya keren, kece abis lagi,” timpal Arola seraya menghentak-hentakkan kakinya. Mereka membayangkan Kak Levy yang sedang bermain bass.
“Halooo!” seru Raja menghapus bayangan Levy yang bermain bass di  kepala Welvy, Arola,dan Sahra.
“Daripada Levy, permainan bass gue lebih keren kali,” lanjutnya.
“Eh, Ja! Bukti dulu baru ngomong,” balas Welvy.
“Iya tuh. Punya band aja nggak,” tambah Sahra semakin memojokkan Raja. Kemudian ia bersama Welvy dan Arola kembali membicarakan Levy.
Raja benar-benar terpojok dan tak dapat membalas apa pun. Ia melirik ke arah Ancient yang mebalasnya dengan geleng-geleng kepala seraya senyum-senyum saat memperhatikan ketiga temannya.
-to be continued-

13.7.16

RADAR BAND - Chapter 03

“Kalian mau buat band?” tanya Ancient. Ia terlihat sangat tertarik.

“Iya. Rencananya, sih begitu kalau acara festival band benar-benar diadakan,” jawab Reky.
“Wah, festival band? Seru banget, tuh. Terus kalian mau ikutan?” tanya Ancient lagi.
“Ya, begitu deh. Cuma kita masih kita masih kurang personil. Lu mau ikutan?” tiba-tiba Reky langsung mengajak Ana.
“Boleh, nih? Emang siapa aja personilnya?”
“Baru kita berdua,” jawab Reky dan Arlo bersamaan. Jari mereka menunjuk satu sama lain dengan gaya konyolnya.
“Haha. Oke, deh. Gue ngikut. Main apa, ya gue?”
“Keyboard lah Ana,” jawab Reky dan Arlo lagi, masih bersamaan.
“Hehe. Iya ya. Berarti Arlo main gitar dan lu vokalist ya, Ky? Kita masih kurang basist sama drummer, dong?”
“Iya. Jadi kita mesti cari bassist dan drummer dulu,” jawab Arlo.
Ancient terdiam sejenak. Ia mengelus-elus dagunya, memikirkan sesuatu.
“Kalau buat bassist, kayaknya gue tahu deh siapa yang bisa,” gumamnya.
“Siapa?” tanya Arlo.
“Besok gue kasih tau, deh. Kalian kelas 2E kan?”
*****
Esok harinya saat istirahat pertama di sekolah.
“Permisi! Ada Arlo dan Reky, nggak?” Ancient mengunjungi kelas 2E dan bertanya pada seseorang anak perempuan yang duduk di bangku dekat pintu.
“Arlo dan Reky, ya?” gumam anak itu. Ia berdiri dan memperhatikan teman-teman sekelasnya.
“Kayaknya lagi keluar, deh.” Ujarnya memberi tahu Ancient.
“Oh, keluar ya? Oke. Makasih, ya. Ayo, Ja!” Ancient pergi dari kelas 2E seraya menarik lengan teman laki-laki yang sejak tadi berdiri di belakangnya. Anak laki-laki itu adalah teman sekelasnya bernama Raja.
“Kita mau kemana, An?” tanya Raja. Langkahnya tak seimbang karena Ancient menariknya cepat-cepat.
“Ketemu sama Reky dan Arlo,” jawab Ancient.
“Iya. Tapi pelan-pelan! Nanti kamu ketabrak...,”
BRUKH!
Tiba-tiba Ancient menabrak seorang anak laki-laki hingga ia dan orang yang tertabraknya terjatuh.
“Aduh. Sakiiiittt,” gumam Ancient.
“Eh, maaf-maaf. Gue nggak sengaja,” ujar anak laki-laki itu. Ia membantu Ancient berdiri.
“Nggak apa-apa. Gue juga nggak ngeliat jalan,”jawab Ancient. Ia membersihkan debu di pakaiannya.
“Apa gue bilang. Jalan pelan-pelan! Susah sih, dibilanginnya,” komentar Raja. Ancient tidak menanggapi komentar Raja tersebut. Ia masih sibuk membersihkan debu di pakaiannya.
“Ancient!” seseorang memanggil Ancient dari kejauhan. Saat Ancient menengok ke arah datangnya suara, di sana ada Arlo dan Reky sedang berlari kecil menghampiri.
“Hei, An! Katanya mau ngasih tau sesuatu?” tanya Arlo saat telah berada di hadapan Ancient.
“Iya. Nih, Raja. Yang bakalan jadi bassist kita,” jawab Ancient seraya menunjuk Raja.
“Bassist? Maksudnya?” tanya Raja tak mengerti.
“Kan, tadi udah gue jelasin. Di sekolah kita akan ada festival band, terus Arlo, Reky dan gue ingin ikutan, tapi kita masih kekurangan personil. Mau, ya jadi bassist di band kita, ya? Siapa lagi kalau bukan lo, Ja?!” jawab Ancient menjelaskan seraya mengubah-ngubah mimik wajahnya. Reky dan Arlo tertawa geli melihat ekspresi temannya itu.
“Band, ya?” Raja mengernyitkan dahi. Ia tak langsung menjawab ajakan temannya itu. Arlo dan Reky makin galau.
“Oke, deh. Asalkan nggak mengganggu pelajaran, ya.” Raja menyetujui. Arlo, Reky, dan Ana bersorak kegirangan.
“Selamat bergabung di band kita, Ja. Gue Arlo,” Arlo mengangkat tangannya. Raja membalas jabatan tangan Arlo.
“Gue Reky,” Reky juga memperkanlkan diri.
“Jadi, kapan mulai latihan?” tanya Raja begitu semangat.
“Ja! Drummer-nya belum ada,” jawab Ancient seraya menepuk bahu Raja. Raja menatap Arlo dan Reky. Mereka berdua menganggukan kepala, membenarkan pernyataan Ancient.
“Terus gimana?”
“Maaf!” terdengar suara seseorang dari samping mereka. Ternyata itu adalah anak laki-laki yang bertabrakan dengan Ancient.
“Aku Dazaki. Maaf, ya. Tadi, nggak sengaja mendengar percakapan kalian. Kebetulan, gue bisa main drumm. Kalau diizinkan, boleh nggak gue gabung band kalian?” anak bernama Dazaki itu menjelaskan.
Arlo, Reky, Ancient dan Raja yang tadinya terbengong kini saling pandang, kemudian mereka menatap pada Dazaki dan mengeluarkana senyum anehnya.
“KETEMU!” seru mereka bersamaan. Kemudian mereka bersorak-sorak kegirangan. Dazaki cuma bisa garuk-garuk kepala melihatnya.

-to be continued-

Sumber gambar:
littlerockersmusic.com


12.7.16

RADAR BAND - Chapter 02

Pulang sekolah, Arlo mengikuti Reky menggunakan sepedanya. Mereka berkendara memasuki sebuah perumahan dan berhenti di sebuah rumah bercat biru muda dengan halaman kecil. Rumah itu dikelilingi pagar yang sedikit lebih tinggi dari tinggi mereka. Reky menekan bel yang berada di samping gerbang pagar. Tak lama kemudian keluar seorang laki-laki yang usianya 2 tahun lebih tua dari mereka. Ia membuka gerbang pagar.
“Eh, Reky. Ayo, masuk!” perintahnya.
“Makasih, Kak Aldy,” balas Reky.
Arlo dan Reky menuntun sepeda mereka memasuki gernbang pagar dan menyimpanya di samping halaman. Mereka mengikuti Aldy memasuki rumah dan mempersilahkan mereka duduk di sofa ruang tamu. Tak jauh dari sana terdapat sebuah keyboard yang sedang dimainkan oleh seorang anak perempuan sebaya Reky dan Arlo. Anak perempuan itu menggunakan earphone sehingga ia tak menyadari kedatangan mereka.
“Mainkeyboardnya jago banget,” batin Arlo.
“Duduk aja dulu, ya. Gue panggilkan Ancient,” ujar Aldy. Ia berjalan mendekati anak perempuan yang sedng bermain keyboard.
“Ancient! Teman lu udah datang tuh,” teriak Aldy. Tapi Ancient tak merespon. Sepertinya volume earphone yang ia gunakan cukup tinggi. Aldy menggeleng-gelengkan kepala. Ia menggeser earphone yang digunakan ancient.
“Ancient! Temen lu udah dataaannnggg...,” teriak Aldy di telinganya Ancient.
“Apa-apaan, sih Kak? Berisik tahu,” Ancient terperanjat dan spontan menutup telinganya yang diteriaki Aldy.
“Makanya, pakai earphone tuh jangan keras-keras suaranya. Teman lu tuh udah datang.” Aldy menunjuk Arlo dan Reky.
“Oh. Oke, deh. Thanks, ya Kak.”
Aldy berjalan meninggalkan Ancient dan memasuki kamarnya. Ancient merapikan earphone yang tadi ia gunakan,kemudian berjalan mendekati Reky dan Arlo. Ia duduk di sofa samping Reky dan Arlo.
“Kenapa, Ky?” tanya Ancient.
“Mau nanya PR matematika, dong. Boleh nggak?” ujar Reky sambil cengar-cengir.
“Boleh, kok. Boleh. Slow aja kali!” jawab Ana.
“Oh, iya. Aku juga bawa teman sekelasku, nih. Namanya Arlo,” ucap Reky, memperkenalkan Arlo.
Arlo dan Ancient berjabat tangan memperkenalkan namanya masing-masing. Kemudian mereka memulai berdiskusi untuk mengerjakan PR matematika. Saat mengerjakan PR-nya, pikiran Arlo dan henti-henti memutar ulang gambaran Ancient saat sedang memainkan keyboard tadi. Menurutnya, permainan Ancient sangatlah cocok dalam band yang akan dibentuk olehnya dan Reky.
“Ky!” panggil Arlo tiba-tiba di tengah diskusi.
“Hm?” respon Reky. ia sedang serius mengerjakan PR matematika-nya.
“Ancient mau nggak, ya kalau ikut band kita nanti? Lu ajak dia, dong! Lu kan udah kenal Ancient duluan daripada gue,” pinta Arlo.
“Arlo, kita ke sini buat ngerjain PR matematika. Bukan buat ngomongin band,” jawab Reky.
“Band apa?” tanya Ancient. Rupanya ia mendengarkan pembicaraan Reky dan Arlo.
-to be continued-

11.7.16

RADAR BAND - Chapter 01

Yooo... this is it. Cerita bersambung writer selanjutnya. Hohoho..
Gak nyangka banget bisa menyelesaikan cerita bersambung yang pertama.  Yap, THE BEAUTIFUL OF FRIENDSHIP sudah berakhir di Chapter 29 ( kalau yang mau baca, bisa klik di sini.

Selanjutnya inilah cerita bersambung writer yang kedua.
Hmm, rencananya sih writer mau terbitkan dua cerbung sekaligus. Ada lagi nih cerita petualangan gitu yang pernah writer tulis pas masih SMP. Oh iya, RADAR BAND juga writer tulis pas masih SMP loh. Maaf banget baru bisa terbit online sekarang. Hehehe.
Ya, silahkan di nikmati dah ya. Hihihihi.
------

RADAR BAND – CHAPTER 1

JREEENNNGG!!!
Suara dawai gitar yang dipeti oleh jari-jemari Arlo. Gerakan jarinya semakin lincah. Bermain gitar adalah hobinya. Semenjak Pak Kazarlo, ayahnya, membelikan gitar untuknya 2 tahun lalu, ia tak pernah sekali pun absent latihan. Meskipun begitu, ia tak pernah tinggi hati karena bakatnya.
“Arlo! Bisa bantu Bunda?” pinta Bu Kazarlo, ibu Arlo, memanggil dari dapur.
Arlo merngenyitkan dahinya.
“Baru satu petik, udah dipanggil aja.” Batin Arlo. Ia taruh gitar kesayangannya itu kemudian menuju dapur.
“Iya Bunda. Arlo ke dapur.”
**********
Di sekolah Arlo, bel istirahat kedua baru saja berbunyi. Reky, teman sekelas Arlo, mendekat saat ia sedang memasukan buku-bukunya.
“Hei, Arlo! Kok, lemas banget sih?” tanya Reky. Teman Arlo yang memiliki nama lengkap Reky Randy ini punya suara yang merdu, lho.
Arlo menghela nafas panjang.
“Memang kenapa, Ky?”
“Pasti lagi BT, ya? Masih muda jangan kebanyakan BT. Nggak baik buat kesehatan,” jawab Reky belagak menasehati.
“Oh, iya Lo! Gue dapat bocoran dari Pak Ricky. Katanya sekitar empat atau lima bulan lagi bakalan ada festival band. Lu mau ikutan, gak?” tanya Reky kemudian.
“Festival band? Dalam rangka apa?”
“Kurang tau, sih. Tapi, bukannya kamu pernah bilang ingin membuat band?”
“Hm, iya juga sih. Kalau misalnya jadi acaranya, boleh deh.” Arlo kembali bermalas-malasan di bangkunya.
“Lu kenapa, sih? Lemes amat?”
“Gue nggak ngerti PR matematika tadi, nih. Besok dikumpulkan lagi.”
“Ya, elah. PR tadi, tuh gampang kali. Nanti pulang sekolah, lu ikut sama gue deh! Kita ke rumah Ancient,” ajak Reky.
“Ancient kelas 2A? Ngapain?” tanya Arlo.
“Ya, ngerjain PR matematika, lah. Dia tuh, pinter banget tahu. Soalnya gue juga nggak ngerti PR matematika tadi. Hehe...,” jawab Reky seraya menggaruk-garuk kepalanya.

-to be continued-