Cute Brown Spinning Flower

13.6.16

PLEASE

I'm just a little girl
Who can't to say
Some words I want to tell to
You are my mates

Any could what I felt
When I sat up here
Cloudy, windy, so slowly
My firstly, full of sadly

Sounds that makes me dizzy
Car, bus, cycle
In road slippery
Round not fast and not more softly
To accompany me in lonely

Would you to know my feel?
Would you like to get it?
I'm afraid alone here
Won't to dissapeared you
Please forgive me
If I hurted you
(June, 08, 2010)

MY HOPES

I hope, I getting wings
I hope, I can flying
And I will feel everything
A freedom that I'm thinking

Look what can't be looked
Hear what can't be heard
Because clouds will accompany me
When lightning trying to touch me

I hope, I getting fins
I hope, I can swimming
And I will see everything
The beautifully dishes and scaring

Feel what can't be felt
Try what can't be tried
Because stars will show me
If wave starts to sink me

This will be a half part
Half part of my dreams
Half part of my hopes
That will out within my eyes

(July 18, 2010)

IPA 1 SELALU

Aku punya teman baru,
pindahan dari SMP dulu,
ada yang dari Maluku,
dan ada juga dari Bandulu,
warnai hari yang penuh haru,
canda dan tawa kita bersatu,
ketika ulangan tiba, seperti pelajaran Fisika,
contek dan bantu terhadir selalu,
dan satu minggu kita menunggu..

Reff: kata pak guru remedial mulu,
meskipun begitu ku tak pernah coba tuk hentikan,
langkahku...

Malu bertanya gak akan pintar-pintar,
meskipun begitu,
ku tak pernah coba tuk hentikan,
langkahku..

(by: Achmad Hari Suryadi and Agus Dwiyanto)

MANISNYA PEMANDANGAN INDAH

Kecupan surya yang merangkak tinggi

Manis, manis sensasi

Bak alam yang bermain sepoi angin

Tersudut hingga miring

Hanya di sana penuhi mata

Pemandangan indah terpancar darinya

Kilau yang silau tetapi damai

Menarik hatiku yang permai

Kecup lagi surya yang berjalan lurus

Ketika tatapan bertemu terurus

Mendelik lewati seolah mati

Tapi itulah paling kunikmati

Kecup lagi surya yang terjun

Manisnya tak pernah luntur

Biaskan merah bukan darah

Namun aroma yang takkan lelah

Manisnya pemandangan indah

(A present for Imam Subakti)

KU TAK 'KAN TAHU

Senja itu kembali muram
Seiring cepatnya langkah terpaksa berjalan
Menghantarkan kerinduan dalam dendam
Bahwa gagal menggapai kenyataan

Entah hanyalah obsesi
Tak pasti meski
Lebihnya hanya lelah
Mengalir beriring keringat darah

Biar berpaling mendiamkan
Tatapan pancarannya dendam
Hilangkan banyaknya angan-angan
Kubur ingatan pikiran kelam

(August 13, 2010)

The Piece of a Poem II

Under the sunlight..
We tiptoed and have waited..
Follow that light..
We looking and seeing future..

KU INGIN

Matahariku, ku ingin mendengar suaranya
Ingin tahu semangatnya
Hari-hari dengannya
Selalu membuatku tersenyum
Hal yang sulit ku alami di sekolah
Terpecahkan bila ku mendengar suaranya

Kini dia pergi
Berpisah denganku untuk satu pertemuan
Pertemuan yang indah
Yang sekali ku alami saat dengannya

Aku sedih jika dia harus pergi
Dia cahaya hidupku
Yang selama ini aku cari
Tapi ku yakin kaulah matahariku

by: Nie Meid (Dini Meiyana)

MATAHARIKU

Terikmu sinari bumi ini
Menghangatkanku
Memberikan kesehatan

Bagiku kaulah sumber alam ini
Memberi manfaat kepada semua orang

Matahariku
Terima kasih atas pemberianmu
Tanpamu, kami tak tahu yg akan terjadi

Tapi, mengapa kau marah pada kami
Apa karena kelakuan kami ini ?..
Kelakuan yang selama ini bisa melukai kami ?..
Tapi apa daya
Yang selama ini kami lakui
Hanyalah perbuatan orang-orang yg tak bertanggung jawab

Kau marah karena kelakuan kami
Kau menyinari kami dengan sengatan sinarmu
Kemarahanmu bagaikan bom atom yang dapat menghancurkan bumi ini

Maaf.. Maafkan kami
Atas segala kelakuan kami ini
Kami hanya serpihan pasir
yang dapat kau hancurkan dalam hitungan detik

Hal yang kami takuti
Kehilangan mu
matahariku
Yang memberikan kehidupan di dunia ini

by: Nie Meid (Dini Meiyana)

The Beautiful of Friendship - Chapter 19

Ira mencari Ana sejak tiba di villa tempat mereka bermalam. Ia ingin berkenalan dan mengucapkan terimakasih padanya karena telah menolong. Setelah bertanya-tanya kepada siswa kelas lain, ia mendapat informasi bahwa Ana ada di kelas 1F. Ira segera menuju ruangan tempat anak perempuan kelas 1F beristirahat.
"Ira! Ira! Di sini," Fami menunjuk-nunjuk pintu ruangan. Ira menggangguk dan berjalan cepat mendekatinya.
"Permisi." Ira membuka pintu ruangan. Ia melihat Ana sedang membaca buku, kakinya diperban. Tapi, ia tak menyadari Ira memasuki ruangan.
"Ana?" Ira memanggil.
Ana mendongakkan kepalanya. Ia sedikit mengernyitkan dahi.
"Siapa, ya?" tanyanya.
Ira menghentikan langkahnya. Ia mulai tak mengerti, kenapa Ana tiba-tiba tak mengenalinya. Otaknya mulai berpikir. Jangan-jangan saat Ana menolongnya tadi, bukan hanya kakinya yang cedera, tapi juga kepalanya terbentur sehingga sekarang Ana gegar otak dan hilang ingatan.
"Ana! Kepala kamu gak apa-apa, kan? Sebelah mana yang sakit?" Ira panik. Ia mengguncang-guncang pundak Ana karena khawatir.
Ana memperhatikan Ira sebentar, kemudian tertawa.
"Hehehehe...! Ira lucu, ya orangnya?" ucapnya.
"Kamu tahu nama aku?"
Ana mengangguk sambil tersenyum.
"Syukurlah. Aku pikir kamu gegar otak. Eh, tapi... Jadi tadi kamu godain aku?" ujar Ira.
"Haha... Maaf! Maaf!" jawab Ana.
"Hmm, benar ya kata Charlie. Kamu suka ngerjain orang."
Ana hanya tersenyum.
"Tapi, aku mau ucapin terimakasih karena sudah menolongku. Kalau kamu nggak menangkap tanganku, mungkin aku udah nggak ada. Terimakasih, ya."
"Sama-sama. Jangan diulangi, ya!"
"Eh, siapa lagi yang ingin jatuh ke jurang lagi? Tapi, ngomong-ngomong, kok aku nggak pernah melihatmu sebelumnya, ya?"
"Aku siswa pindahan. Dari SMP N Lasanwa," jawab Ana seraya senyum-senyum.
"Lasanwa...," gumam Fami.
"Kenapa?" tanya Ira pada Fami, agak berbisik. Fami menjawab dengan menggelengkan kepala.
"Kenapa, apanya Ra?" tanya Ana. Rupanya ia memperhatikan.
"Nggak, kok. Nggak apa-apa."

- to be continued -