Sumber: https://www.pexels.com/ |
Dazaki menghubungiku dengan
handphone-nya.
“Tapi…,” gumamku agak ragu.
“Ikut aja yuk, Lo! Hitung-hitung
liburan, kan?” bujuk Dazaki. Tapi tidak segera ku-iyakan. “Ancient udah ajak
Welvy, tuh. Pacarnya ikut juga lhaaa!” lanjutnya lagi.
“Welvy ikutan?” tanyaku.
“Iya. Dia fix ikut,” jawab
Dazaki.
“Aku tanya Bunda dulu, ya. Nanti
aku kabari.”
“Kabarin ya! Awas kalau nggak
ngabarin!” ancam Dazaki seraya setengah bercanda.
“Haha… Iya, pasti ngabarin, kok,”
jawabku sambil menutup telepon.
*******
Hari perjalanan pun tiba.
Akhirnya aku putuskan untuk mengikuti perjalanan ini. Kak Arie dan Kak Aldy
yang memegang komando, aku dan teman-teman tinggal mengikutinya saja. Hingga
akhirnya, peta petunjuk jalan yang digunakan Kak Arie berhasil mengarahkan kami
menuju pintu masuk hutan lebat. Hanya sebuah jalan setapak dengan gapura kecil
di sisi-sisinya.
Aku menengadah, mamandangi
pohon-pohon tinggi yang sudah menyambut kami di pintu masuk. Setelah Kak Arie
memastikan bahwa lokasi ini sesuai dengan peta, ia menginstruksikan untuk masuk
ke dalam hutan. Aku mulai melangkahkan kakiku, tapi kuhentikan lagi karena
Ancient masih belum berjalan.
“An! Ada apa?” tanyaku pada
Ancient.
“Ah! Nggak ada apa-apa,” jawab
Ancient yang sedikit terkejut. Ia melangkah berjalan meninggalkanku dan aku pun
menyusul dibelakangnya.
“Arlo! Aku jalannya bareng kamu,
ya.” Welvy tiba-tiba menggandeng tanganku.
“Iya, Vy!”
Lokasi yang akan kita tuju
bernama Desa GT atau Desa Djithi, adanya di pedalaman hutan yang sedang kami
lewati ini. Di sana hidup berbagai macam suku. Kak Arie tertarik dengan cara hidup
suku-suku tersebut. Bahkan ada rumor bahwa desa tersebut dijaga oleh roh jahat
agar aman dari dunia luar. Tetapi, karena hanya rumor, Kak Arie tidak terlalu
memikirkan hal tersebut.
-bersambung-
0 komen:
Posting Komentar