image by Google |
“Nah, nanti X-nya diganti sama
dua. Terus dapat deh, hasilnya.” Ancient menyoret-nyoret buku tulisnya saat
menerangkan salah satu soal matematika yang ditanyakan Dazaki.
“Oke! Gue ngerti,” balas Dazaki.
Ia mencoba mengerjakan soal tersebut sendiri.
“Za! Emang nggak capek ya belajar
terus?” tanya Ancient seraya memperhatikan Dazaki yang begitu semangat.
“Nggak juga, sih.” jawab Dazaki.
Pandangannya tak ia lepaskan dari soal di bukunya.
Ancient hanya mengangguk-angguk
mendengar jawaban Dazaki. Ia bersyukur kemampuannya masih berguna untuk orang
lain.
“Eh! Udah liat pengumuman
festival band?” tanya Ancient lagi. Dazaki mengangkat kepalanya.
“Belum. Tadi gue langsung ke
perpustakaan,” jawab Dazaki menggelengkan kepala.
Tak lama setelah itu, Arlo dkk
memasuki perpustakaan. Mereka menengok sekeliling perpustakaan untuk menemukan
Dazaki dan Ancient. Pencarian terhenti saat matamereka berhasil menangkap dua
sosok yang duduk di bangku dekat jendela belakang. Tanpa banyak berseuara,
mereka mendekati sosok itu.
“Rajin banget, sih!” komentar
Raja saat tiba di meja Ancient dan Dazaki.
“Ssstt! Jangan berisik!” balas
Ancient. Ia menyimpan telunjuk di bibirnya. Raja membalas dengan melakukan hal
yang sama.
“Udah selesai?” tanya Arlo. Ia
menarik bangku untuk duduknya.
“Iya,” jawab Dazaki.
“Hallo, An!” Welvy muncul dari
belakang Arlo.
“Hallo juga. Eh! Kok bisa bareng
Arlo, Reky, Raja?” tanyanya.
“Ketemu di Paramedia,” jawab
Arola.
Sahra menganggukan kepala
mendukung pernyataan Arola.
“Jadi, gimana? Kita masuk final?”
tanya Ancient pada Arlo.
“Masuk final, dong!” ujar Raja
menjawab pertanyaan Ancient. Wajah Daaki dan Ancient langsung sumringah.
“Jadi, sekarang harus kita
bicarakan nih langkah selanjutnya. Kalian sudah selesai, kan belajarnya? Kita
ngobrol di luar aja, gimana?” ucap Arlo.
Mereka keluar dari perpustakaan dan menuju kantin. Setelah duduk
melingkari salah satu meja kantin, Arlo memulai rapat dadakan itu. Topik
pembicaraannya tak lain adalah mengenai persiapan untuk final festival band
nanti. Mulai dari pilihan lagu hingga jadwal latihan.
“Kalian kalau latihan dimana?”
tanya Welvy tiba-tiba.
“Kita boleh ikut nggak?” tambah
Arola.
“Janji nggak akan ganggu deh,”
tambah Sahra.
“Nanti ngapain di sana?” tanya
Raja.
Welvy memutar otaknya untuk
mencari alasan agar motifnya untuk mendekati Arlo tidak ketahuan. Ia
mengernyitkan dahi seraya melirik Arola dan Sahra, berharap mereka membantu
untuk mencari alasan. Tapi, sepertinya mereka pun kebingungan. Kemudian Welvy
menengok ke arah Ancient yang menatapnya ingin tahu.
“Itu lho, kita... mau temani
Ancient,” jawab Welvy. Semua mata menatap ada Ancient.
“Gue?” Ancient kebingungan.
“Iya, kan An? Kan lo pernah minta
kita buat temani lo pas latihan band?” ujar Welvy lagi. Ia mengedip-ngedipkan
matanya pada Ancient. Ancient langsung mengerti maksud Welvy.
“Ooohh..., iya. Gue bilang begitu
pas di kelas tadi pagi. Nggak apa-apa kan, ya?” ucap Ancient.
“Nggak apa-apa, sih.” jawab Arlo.
“Yeay! Thanks ya, Arlo.” Welvy
berseru riang. Ia menarik tangan Arlo. Arlo hanya bisa tersenyum membalasnya.
“Tapi, jangan ganggu lho, ya!”
ujar Raja.
“Tenang! Tenang! Nggak bakal
ngeganggu kok. Kalian latihan dimana?”
“Zarie Studio. Tau, kan?”
-to be continued-