Image by Google |
Sorenya, personil Radar Band
langsung menuju Zarie Studio setelah pulang sekolah. Rupanya Welvy, Arola dan
Sahra tidak bersama mereka, katanya mereka akan menyusul saja.
“Beneran lo tau tempatnya, La?”
tanya Welvy pada Arola. Saat itu mereka baru turun dari angkutan umum.
“Tenang, Vy! Tinggal jalan
sedikit lagi,” jawab Arola. Ia menunjuk pintu gang kecil dan mulai memasukinya.
Welvy dan Sahra mengikuti di belakang.
Tak sampai lima menit, mereka
mendapati sebuah rumah dengan tulisan Zarie Studio di depannya. Telah terparkir
empat buah sepeda di halamannya. Arola medekati pintu masuk dan mengetuknya.
Seseorang berjalan mendekat dan
membuka pintu tersebut. Itu Dazaki. Ia mempersilahkan Arola, Welvy dan Sahra
masuk seraya melambaikan lengan kirinya yang masih menggenggam stick drumm.
Tanpa banyak bicara, mereka memasuki studio. Sudah ada Arlo, Ancient, dan Raja
yang memainkan alat musik mereka. Sedangkan Reky masih mengutak-atik volume
mic-nya. Seluruhnya masih menggunakan seragam sekolah, meskipun ada pula yang
telah menggunakan kaos. Kecuali Dazaki, ia telah berganti pakaian seluruhnya.
“Hallo semua!” seru Sahra.
“Baru datang kalian?” tanya
Ancient.
“Kok, masih pakai seragam? Gue
kira pada ganti baju dulu,” tanya Welvy.
“Rumah Za itu jauh. Jadi balik ke
rumah cuma simpan tas sama ganti sepatu aja,” jawab Raja.
“Rumah Dazaki?”
“Yang punya studio ini, kan
kakaknya Dazaki, Kak Arie,” jelas Reky. Dazaki mengangguk saat Welvy, Sahra,
dan Arola menengok ke arahnya.
“Lo! Udah selesai belum? Ayo
dimulai!” ujar Reky lagi.
“Sebentar. Senarnya masih salah.
Rundingin dulu aja mau main lagu apa!” jawab Arlo, masih sibuk dengan gitar.
“Lagu pemanasan, nih.” Komentar
Raja.
“Disco Lazy Time, dong!” pinta
Ancient. Ia memainkan melodi dari lagu tersebut.
“Emang bisa? Lagu itu, kan efeknya
banyak,” ujar Arola.
“Eits! Jangan salah!” bantah
Reky. Ia memperhatikan Arlo.
“Lo! Udah beres belum?” serunya.
“Sip!” Arlo mengangkat jempolnya.
Ia memosisikan gitar agar nyaman digunakan.
“Nona-nona, kalian jurinya! Let’s
Disco Lazy Time!” Reky memberikan aba-aba pada rekan band-nya untuk memainkan
intro musik Disco Lazy Time-nya Nidji. Kemudian Reky menyambut musik dengan
suaranya. Tak lupa backing vocal oleh Arlo dan Ancient saling bersahutan.
Arola yang tadinya meragukan,
kini tertawa sendiri. Efek-efek musik saat lagu memasuki reff dapat dikuasai
dengan baik oleh Radar Band. Juga suara Reky dengan kemampuannya yang fasih
dalam berbahasa inggris, membuat musik semakin asyik.
“Keren, keren banget! Kalau boleh
main lagu ini di final, pati Logo Band kalah deh,” puji Sahra. Matanya masih memerhatikan
Raja dan Bass-nya.
“Thank you! Thank you, Girls!”
ucap Reky dengan mic-nya. Ia membungkukkan tubuh ke arah Sahra, Arola, dan
Welvy yang menonton mereka.
“Nanti di final mau bawa lagu
apa?” tanya Welvy.
“Enaknya lagu gimana, ya?”
“Kalau menurutku sih, lagunya
harus yang semua orang hafal dan buat penonton ikuti iramanya,” usul Welvy.
“Iya. Jadi semua penonton bisa
ikut nyanyi,” tambah Sahra.
“Boleh juga, tuh. Tapi, lagu apa
yang begitu, ya?” tanya Raja.
Seraya memain-mainkan alat
musiknya, semua personil Radar Band mencari lagu yang akan dibawakannya saat
final festival band. Begitu pun Welvy, Arola dan Sahra.
“Gue tau!” seru Arlo tiba-tiba.
“Gimana kalau lagu yang itu....”
-to be continued-