Cute Brown Spinning Flower

30.5.20

Radar on The GT (Ghost Town) - Chapter 3

Sumber: lifestyle.okezone.com


“Hutannya panas ternyata, ya? Kamu nggak apa-apa, Ra?” keluh Raja seraya mengusap peluh di dahinya. Kemudian ia memberikan botol air kepada Sahra yang terlihat terengah-engah.
“Thanks. Aku nggak apa-apa, kok,” jawab Sahra seraya mengambil botol air yang disodorkan Raja.
“Kak Arie!” panggil Dazaki. Ia berjalan mendekati kakaknya itu. “Bisa kita istirahat dulu? Kasihan teman-teman yang lain. Sepertinya sudah kelelahan,” lanjutnya.
“Tapi Desa Djithi sudah dekat. Istirahatnya sekalian di sana saja, ya!” jawab Kak Arie seraya memeriksa peta yang di tangannya.
“Oh, iya kah kak? Berapa jauh lagi?” Arola yang berada di samping Reky berbinar-binar bahagia.
“Nggak jauh, kok. 10 kiloter lagi, lah.” Kak Arie menjawab sambil menyeringai. Pastinya kami tak dapat melanjutkan.
“HAH! 10 KILOMETER LAGI?”
*******
Tapi, akhirnya kami semua istirahat. Selain itu hari juga sudah mulai sore sehingga perjalanan dilanjutkan esok hari. Sementara kami mendirikan tiga tenda untuk beristirahat. Satu tenda untuk Kak Arie dan Kak Aldy, satu tenda unutk Ancient, Welvy, Sahra, dan Arola, serta satu lagi untuk aku, Raja, Dazaki, dan Reky.
Di tengah suasana malam yang cukup ceria dan ramai dengan lelucon-lelucon Kak Aldy, Ancient yang duduk di samping Dazaki terlihat tidak terlalu menikmati. Seperti ada sesuatu yang ia pikirkan.
“Arlo!” panggil Welvy yang memang duduk di sampingku.
“Iya, Vy. Kenapa?” tanyaku.
“Kamu sadar nggak? Ancient keyaknya dari tadi aneh. Kelihatan nggak nafsu makan, padahal kan tadi perjalanan jauh banget,” jawab Welvy yang mungkin memang memperhatikan Ancient.
“Anehnya dimana? Kan, bisa saja dia nggak terlalu lapar,” balasku.
“Nggak mungkin. Aku aja lapar banget. Kok, Ancient nggak sih?” ucap Welvy lagi. Aku tersenyum mendengar pengakuannya. “Tapi, tadi aku juga lihat Ancient memandangi sungai terus-terusan waktu kita melewati jembatan. Masih dibilang gak aneh, Lo?” lanjutnya.
“Hmm… Mungkin ada yang lagi dipikirin Ancient,” jawabku dan Welvy mulai mengerti. Meskipun yang aku katakan itu benar, tapi aku tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Ancient. Ia terlihat benar-benar terganggu. Tapi, sudahlah. Sampai saat ini pun tidak terjadi apapun.
Setelah selesai makan malam, suasana mulai cukup hening. Hanya Kak Aldy dan Kak Arie saja yang masih mengobrol merencanakan perjalanan esok. Satu persatu teman-temanku mulai memasuki tenda karena sudah lelah dan ingin segera tidur. Tapi, entah kenapa perasaanku jadi kurang enak. Malam ini terasa lebih mencekam dan menyeramkan. Kenapa?
“Hoahm!” Welvy menguap. Ia mengucek-ngucek mata yang terlihat sangat mengantuk sekali. “Aku tidur duluan ya, Lo.” pamitnya padaku. Aku mengangguk. Kemudian ia bangkit dan berjalan menuju tendanya.
Di luar hanya tinggal aku, Reky, Kak Aldy, Kak Arie dan Ancient yang masih berjaga. Aku berjalan mendekati Reky yang juga duduk di sebelah Ancient.
“Dingin ya, Ky?” tanyaku padanya seraya memperhatikan Kak Arie yang sibuk memainkan handphone-nya.
“Ya, begitulah. Namanya juga hutan,” Reky mengusap-usap lengannya. “Kamu belum tidur?”
“Belum. Soalnya aku merasa aneh, deh,” jawabku.
“Aneh gimana?”
“Mungkin karena nggak tidur di rumah kali, ya.”
“Ini kan sementara aja, Lo. Palingan lusa kita udah pulang lagi, kan. Bisa tidur di kasur lagi, deh. Tenang aja!” nasihat Reky padaku dengan gaya khasnya.
“So tua banget sih, lu.” Komentarku pada Reky. Kemudian aku melihat Ancient, ia seperti ketakutan. “Ancient kenapa, Ky?” bisikku membuat Reky memperhatikan Ancient juga.
“An! Kamu kenapa?” tanya Reky. Ia memegang pundak Ancient yang gemetaran. Sepertinya, Kak Aldy mendengar pertanyaan Reky tadi. Ia mendekati kami.
“Ada apa, An?” tanya Kak Aldy.
“Nggak ada apa-apa, kok. Aku kedinginan aja,” jawab Ancient mencoba meyakinkan. Tapi, aku tetap merasa aneh.
“Nih, tambahin jaket gue. Kan udah gue bilang bawa jaketnya double, malah nggak dibawa.” ujar Kak Aldy seraya melepas jaketnya dan memakaikannya pada Ancient.
“Tapi, waktu packing kan tasnya udah nggak cukup diisi lagi, Kak,” bantah Ancient tak mau disalahkan.
“Kan, bisa dititip ke gue. Tas gue, kan masih longgar. Udah tau lu itu nggak kuat dingin,” nasihat Kak Aldy pada adik sepupunya itu.
“Iya, Kak. Maaf,” Ancient mengaku salah.

-to be continued-

15.5.20

Radar on The GT (Ghost Town) - Chapter 2

Sumber: https://www.pexels.com/

Dazaki menghubungiku dengan handphone-nya.
“Tapi…,” gumamku agak ragu.
“Ikut aja yuk, Lo! Hitung-hitung liburan, kan?” bujuk Dazaki. Tapi tidak segera ku-iyakan. “Ancient udah ajak Welvy, tuh. Pacarnya ikut juga lhaaa!” lanjutnya lagi.
“Welvy ikutan?” tanyaku.
“Iya. Dia fix ikut,” jawab Dazaki.
“Aku tanya Bunda dulu, ya. Nanti aku kabari.”
“Kabarin ya! Awas kalau nggak ngabarin!” ancam Dazaki seraya setengah bercanda.
“Haha… Iya, pasti ngabarin, kok,” jawabku sambil menutup telepon.
*******

Hari perjalanan pun tiba. Akhirnya aku putuskan untuk mengikuti perjalanan ini. Kak Arie dan Kak Aldy yang memegang komando, aku dan teman-teman tinggal mengikutinya saja. Hingga akhirnya, peta petunjuk jalan yang digunakan Kak Arie berhasil mengarahkan kami menuju pintu masuk hutan lebat. Hanya sebuah jalan setapak dengan gapura kecil di sisi-sisinya.
Aku menengadah, mamandangi pohon-pohon tinggi yang sudah menyambut kami di pintu masuk. Setelah Kak Arie memastikan bahwa lokasi ini sesuai dengan peta, ia menginstruksikan untuk masuk ke dalam hutan. Aku mulai melangkahkan kakiku, tapi kuhentikan lagi karena Ancient masih belum berjalan.
“An! Ada apa?” tanyaku pada Ancient.
“Ah! Nggak ada apa-apa,” jawab Ancient yang sedikit terkejut. Ia melangkah berjalan meninggalkanku dan aku pun menyusul dibelakangnya.
“Arlo! Aku jalannya bareng kamu, ya.” Welvy tiba-tiba menggandeng tanganku.
“Iya, Vy!”
Lokasi yang akan kita tuju bernama Desa GT atau Desa Djithi, adanya di pedalaman hutan yang sedang kami lewati ini. Di sana hidup berbagai macam suku. Kak Arie tertarik dengan cara hidup suku-suku tersebut. Bahkan ada rumor bahwa desa tersebut dijaga oleh roh jahat agar aman dari dunia luar. Tetapi, karena hanya rumor, Kak Arie tidak terlalu memikirkan hal tersebut.

-bersambung-

5.5.20

Radar on The GT (Ghost Town) - Chapter 1


“Seandainya hari itu kita semua tak melakukan perjalanan, kamu pasti nggak akan seperti ini,” aku mengusap pelan kepala Arlo yang terbaring di ranjang rumah sakit. Aku perhatikan wajahnya yang kini kurus dan pucat. “Bangun, Arlo! Aku rindu suaramu”. Aku tarik tangan Arlo dan menyandarkan wajahku di tangan tersebut.
Di meja samping ranjang, terpampang sebuah foto dengan bingkai kecil. Foto kami bersama dengan teman-teman; seluruh personil Radar Band, Sahra, dan Arola.
Aku menutup mata ketika mataku mulai menangis.
“Seandainya hari itu kita semua tak melakukan perjalanan…,” pikiranku kembali pada kejadian setahun lalu. Saat libur sekolah. Aku, Arlo, dan teman-teman melakukan perjalanan ke sebuah desa di tengah hutan, bernama Desa GT.
*******
“He, An!” panggil Aldy. Saat itu mereka sedang berada di rumah Ancient. “Kamu tahu Arie, kan?” tanyanya.
“Arie yang mana?” Ancient balik bertanya.
“Arie kakaknya Dazaki itu, lho. Dazaki temanmu, kan? Masa kamu lupa?” jawab Aldy agak emosi.
“Yeeii, Kak Aldy nggak bilang Arie yang mana. Nama Arie banyak kali. Emang kenapa, Kak?”
“Arie ajak kita jalan-jalan, mau ikut nggak? Terus katanya kamu boleh ajakin teman-teman kamu juga. Ikut aja yuk, ikut!” Aldy setengah memaksa.
“Serius Kak Arie bilnag gitu? Emangnya Kak Aldy mau ngajakin siapa? Pacar Kakak, ya?” sindir Ancient.
“Ngeledek lu, ya? Lisa, tuh udah putus sama gue.”
“Lha kok, putus? Kenapa?”
“Ah! Lu mau aja masalah orang gede, masih kecil juga,”remeh Aldy.
“Kak Aldy pelit banget, sih. Kita kan cuma beda tiga tahun juga,” balas Ancient, tidak terima. Ia mengambil handphone dari dalam sakunya.
“He! Mau nelpon siapa, lu?” tanya Aldy ingin tahu.
“Dazaki. Emang kenapa?”
“Lha, ngapain nelpon Dazaki?”
“Tanya yang Kak Aldy tadi bilang. Takut Kak Aldy bohong. Kak Aldy kan, tukang bohong.” Ancient segera mencari kontak Dazaki dan melakukan panggilan. Ia mengabaikan Aldy yang menahan kesalnya karena sepupunya yang tak mau kalah itu.
“Halo! Ada apa, An?” jawab Dazaki dari sebrang telepon.
“ Zaki, aku dengan Kak Arie ngajakin jalan-jalan? Kemana?” tanya Ancient antusias.
“Oh, itu ke…,” Dazaki menjelaskan lokasi tujuan Kak Arie dan alasan mengapa ia mengajak jalan-jalan. Sampai akhirnya muncul ide untuk mengajak aku dan teman-teman yang lain ikut ke sana.

4.5.20

Terimakasih Penulis dan Karakter


Writer: Ana Fitriana

Terimakasih Penulis
1.      Band di SMP N 1 Anyar tahun 2006-2007
Ø  Mars Band
Ø  Apel Band
Ø  Hipotenusa Band
Ø  Ladys Band
Ø  Blue Band
Ø  Sistem Band
Ø  Penyakit Band
Ø  Bluetooth Band
Ø  Toilet Band
2.      Ungu Band
Untuk lagu:
-        Demi Waktu
-        Laguku
-        Ciuman Pertama
-        Berjanjilah
-        Bayang semu
-        Melayang
3.      Nidji Band
Untuk lagu:
-        Hapus Aku
-        Disco Lazy Time
-        Kau dan Aku
4.      Kapten Band
Untuk lagu:
-        Lagu Sexy
5.      Dewa Band
Untuk lagu:
-        Angin
6.      Radja Band
Untuk lagu:
-        Yakin
-        Angin
-        Tak Ada yang Sempurna
7.      Andra ‘n the BackBond
Untuk lagu:
-        Musnah
8.      Tahta Band
Untuk lagu:
-        Tempat yang Paling Indah
9.      Flanela Band
Untuk lagu:
-        Aku bisa
10.   The Fly Band
Untuk lagu:
-        Mencintaimu (keangkuhanku)

Karakter:
1.      Marlo Kazarlo (Arlo); Gitaris Radar, 14 tahun, mc
2.      Rezky Randy (Reky); Vokalis, 14 tahun, teman sekelas Arlo
3.      Anda Zaki Febra (Dazaki); Drummer, 14 tahun, teman sekolah Arlo
4.      Raja Amonda (Raja); Bassist, 14 tahun, teman sekolah Arlo
5.      Ancient Fyahran (Ancient); Keybordist, 14 tahun, teman sekelas Raja
6.      Welvy; sahabat Ancient, 14 tahun, teman sekelas Ancient
7.      Arola; sahabat Ancient, 14 tahun, teman sekelas Ancient
8.      Sahra; sahabat Ancient, 14 tahun, teman sekelas Ancient
9.      Aldy; kakak sepupu Ancient, kelas 2 SMA
10.   Arie; kakak Dazaki, pemilik Zarie Studio, Mahasiswa semester 1
11.   Pasha; pemilik studio samping sekolah Arlo
12.   Pak Ricky; guru kesenian di sekolah Arlo
13.   Bu Novita; guru di sekolah Arlo
14.   MC Girie; pembawa acara pensi senior, kelas 2 SMP
15.   MC Oby; pembawa acara pensi junior, kelas 1 SMP
16.   Rico; Vokalis Mars Band, kelas 3 SMP
17.   Lala; teman sekelsa Arlo dan Reky
18.   Toya; Vokalis Logo Band, kelas 3 SMP
19.   Levy; Bassist Logo Band, kelas 3 SMP
20.   Orgarus; Keyboardist Logo Band, kelas 3 SMP
21.   Ikrar; Gitaris Logo Band, kelas 3 SMP
22.   Afrizy; Drummer Logo Band, kelas 3 SMP

RADAR BAND - Chapter 16

Sumber : static.turbosquid.com


Hiburan demi hiburan telah ditampilkan. Hingga akhirnya tiba saat pengumuman pemenang Festival Band. MC Girie dan MC Oby sudah naik kembali ke atas panggung dan siap mengumumkan hasil penilaian juri dari perlombaan ini.
“Ok! Di tangan kamu sudah ada nama-nama pemenang Festival Band kali ini,” ucap MC Girie sambil mengibas-ngibaskan kartu yang dipegangnya.
“Kira-kira siapakah yang akan menjadi pemenangnya?” tanya MC Oby sambil berteriak dan mengacungkan mic ke arah penonton. Riuh suara sorak siswa dan siswi menyebutkan band favoritnya masing-masing.
“Ok! Ok! Tenang  semuanya! Tenang!” MC Girie menaikan tangannya dan membuat tanda agar penonton menjadi tenang.
“Langsung aja kayaknya nih, Kak. Kita umumkan pemenangnya,” saran MC Oby.
“Juara ketiga Festival Band diraih oleh…,” MC Girie memotong kata-katanya. “Mars Band!” lanjutnya.
Sorak penonton mengiringi vokalis Mars Band, Rico, saat maju dan naik ke atas panggung sebagai perwakilan timnya untuk menerima hadiah. Ia berdiri di antara kedua MC.
“Juara kedua Festival Band diraih oleh…,” kini MC Oby yang memberikan pengumuman. “Logo Band!” lanjutnya.
Penonton langsung bersorak terkejut karena Logo Band diprediksi akan menjadi juara pertama Festival Band ini. Begitu pun dengan para personil Radar Band.
“Kok, Logo Band juara kedua?” tanya Arlo.
“Juara pertamanya pasti kalian,” jawab Welvy dengan percaya dirinya.
“Kayaknya gak mungkin deh, Vy. Masih ada Blue Band dan Bluetooth Band kan yang tadi tampil bangus banget,” bantah Raja.
“Nggak ada yang nggak mungkin, Raja,” balas Sahra.
Sementara MC Girie dan MC Oby kembali bersiapa untuk mengumumkan juara pertama Festival Band, setelah Toya, vokalis Logo Band naik ke atas panggung dan berdiri di samping Rico.
“Dan akhirnya, akan akita umumkan…,” suara MC Girie.
“Juara pertama Festival Band diraih oleh…,” saut MC Oby. Kedua MC menarik nafas mereka dan mulai memberikan aba-aba menghitung.
“Radar Band!” seru keduanya kemudian.
Seluruh personil Radar Band terkejut mendengarnya. Sorak sorai penonton lebih ramai dari biasanya, beberapa ada yang memelingkan pandangan ke tempat berkumpulnya personil Radar Band smabil bertepuk tangan.
“Ky! Maju, Ky!” Arlo mendorong Reky untuk mewakilkan mereka ke atas panggung.
“Kamu aja, deh Lo!” jawab Reky.
“Lha, kok. Aku?”
“Udah. Maju aja, deh Lo!” tambah Raja.
“Iya. Maju aja, Lo!” dukung Dazaki.
“Lha, kenapa nggak Reky aja?”
“Kita ingin kamu yang terima, Lo. Udah sana maju, wakilkan kita-kita ya!” jawab Ancient.
“Ya udah, deh.” Akhirnya Arlo berjalan mendekati dan naik ke atas panggung. Ia berdiri di samping Toya yang segera menjabat tangannya dan meberikan ucapan selamat, begitu juga Rico.
“Pak Ricky, silahkan untuk menyerahkan hadiah kepada para pemenang!” pinta MC Oby kepada Pak Ricky sebagai juri. Hadiah diberikan satu persatu kepada pemenang mulai dari juara ketiga hingga juara pertama.
“Untuk semua personil Radar Band harap naik ke atas panggung!” ucap MC Girie saat pemberian hadiah dilakukan.
“Terimakasih Pak,” ucap Arlo seraya menyalami Pak Ricky saat memberikan hadiah. Ia menoleh kea rah kirinya, rekan-rekannya telah berjalan naik ke atas panggung.

*******

“Tak terasa, berakhirlah Festival Band kali ini. Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada seluruh peserta yang ikut berpartisipasi,” ucap MC Girie.
“Terimakasih kepada juri, panitia, dan para penonton yang sangat mendukung jalannya acara ini,” lanjut MC Oby.
“Kami berdua mohon pamit dan maafkan bila ada salah-salah kata.”
“Dan inilah penampilan dari pemenang Festival Band kita...”
“Radar Band!” seru kedua MC, kemudian berjalan menuruni panggung digantikan oleh personil Radar Band yang sudah siap dengan instrumennya masing-masing untuk membawakan lagu penutup.
“Sebelumnya, kita semua mau mengucapkan terimakasih kepada kalian semua yang telah mendukung. Tanpa kalian kita bukanlah apa-apa,” ucap Reky, sok bijak. Teman-temannya tertawa geli melihat tingkah temannya itu. “Langsung aja satu lagu untuk kalian: ‘Tak Ada yang Sempurna’!” serunya.
Setelah aba-aba dari Dazaki, intro lagu ‘Tak Ada yang Sempurna’-nya Radja dimainkan, menyusul vocal Reky mengisi intro tersebut.

Bilang saja bila kau tak suka
Daripada kau berdusta
Bilang saja bila kau tak mau
Daripada kau membisu
Jangan pernah engkau bohong, bohong, bohong lagi
Bisa-bisa kau rugi sendiri
Lebih baik engkau terus terang saja
Agar tak membuatku gila

Reff:
Tak akan mungkin malam selamanya gelap
Masih ada waktu melakukan yang terbaik
Taka da manusia yang sempurna.. oh..
Cuma hanya bisa melakukan rencana

“Thanks All!” seru Reky di akhir lagu.

- Tamat -



RADAR BAND - Chapter 15

Sumber: anitrendz.net

Sorakan dan tepuk tangan penonton menyambut naiknya seluruh personil Radar Band ke atas panggung, tak kalah ramai dari Logo Band. Para personil Radar Band langsung menempati posisinya masing-masing. Setelah mengetes mic, Reky mulai angkat bicara.
"Nggak usah pakai lama. Radar di sini bakal buat telinga panas kalian, jadi lebih panas. Pastinya lewat lagu 'Mencintaimu (keangkuhanku)'!". Dimulailah lagu milik 'The Fly' tersebut yang dibawakan oleh Radar Band.

            Mencintaimu…
            Membunuh keangkuhanku…
Kehadiranmu…
Membius hatiku
                         Ajari aku…
Hapuskan mimpi burukku
Mencintai dirimu…
Cintaku S’lamanya.

“Wah, ternyata kebih heboh dari waktu latihan!” seru Arola pada kedua temannya.
“La, kamu gak ambil gambarnya?” tanya Sahra.
“Mereka sih nggak usah difoto, udah kefoto sendiri!” jawab Arola. Sahra dan Welvy saling bertatapan, tidak paham dengan ucapan Arola.
Setelah lagu selesai, sorakan dan tepuk tangan penonton mengirinya. Setelah sorakan agak mereda, Reky segera mengumumkan lagu kedua mereka.
“Selanjutnya, sebuah lagu yang akan mendinginkan telinga kalian. Radar akan ajak ke ‘Tempat Paling Indah’! teriaknya. Intro lagu ‘Tempat Paling Indah –Tahta’ segera dimainkan.
Tepuk tangan penonotn kembali riuh ketika Reky mulai bernyanyi. Suaranya memang mirip dengan vokalis band Tahta, yaitu Phewe. Tapi itu menurut Arola, Sahra, dan Welvy saja. Hehehe…
“Tuh, benar kan? Suara Reky emang mirip vokalisnya Tahta. Nggak ada bandingannya,” ujar Arola.
“Nggak, La. Suara Reky kalau nggak dibarengin sama permainan gitarnya Arlo, nggak sebagus kayak gini,” bantah Welvy.
“Sorry ya, La, Vy. Vokal Reky dan gitarnya Arlo nggak akan seimbang kalau gak ada bass-nya Raja,” ucap Sahra. Akhirnya mereka menjadi sibuk mempertahankan pendapatnya masing-masing daripada memperhatikan penampilan Radar Band.
“Ssssstttt!” seru Lala yang ada di sekitar mereka. “Bisa diam gak ,sih? Lagi nonton nih,” tegurnya. Welvy, Arola, dan Sahra langsung diam dan kembali memperhatikan ke depan.

Ku lelaki yang tak bisa menangis
Apa yang harus kulakukan?
Bila kau menjadi milikku
Kan kurelakan semua
Sesak hidupku
‘Kan kujadikan kau ratuku
Di tempat yang paling indah
Di tempat yang paling indah
Di hidupku…

Permainan gitar Arlo mengiringi intro reff pertama membut tepuk tangan penonton tak terhindari. Penonton terus ikut bernyanyidan menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama hingga lagu berakhir.
“Waw! Waw! Waw! Tepuk tangan untuk Radar Band!” teriak MC Girie seraya memasuki panggung tepat setelah lagu selesai. Personil Radar Band melepaskan alat-alat musiknya dan mulai beranjak turun dari panggung.
“Thanks banget buat Radar Band, ya. Udah sabar banget,” ujar MC Oby yang berjalan mengikuti MC Girie.
“Lho, sabar kenapa By?” tanya MC Girie.
“Sabar nungguin penampilannya. Giliran terkahir kan mereka,” jawab MC Oby.
“Oh, iya yak!” balas MC Girie.
“Sambil menunggu penilaian juri nih, Kak Girie. Gimana kalau kita langsung aja ke acara hiburan?” tanya MC Oby.
“Nah, benar. Setuju banget. Kalau gitu langsung kita panggil aja ya… Hiburan pertama…,”

- to be continued -


1.4.20

Sound of Silence


Untuk aku, keheningan itu adalah sesuatu yang menenangkan namun juga mengerikan.
Keheningan itu seperti waktu yang Tuhan berikan pada diri kita, untuk mengisi baterai, tapi kita takut merasakan sepi-nya.
Keheningan bisa membuat kita menjadi tuli, dan hampa.
Tapi, dalam keheningan, kita bisa merasakan jiwa kita mengalir bagai air sungai. Aliran darah yang dengan mulus melewati nadi-nadi, tarikan dan hembusan nafas yang menghidupkan organ. Sehingga kita akan menutup mata, merasakan, dan mendengar keheningan itu sendiri. Saat itulah, kita akan sadar betapa indahnya suatu keheningan.
Tuhan sedang berbicara dengan kita, bahwa banyak hal yang telah Dia berikan hingga membuat kita bisa bertahan hingga saat ini.
Meski berat dan lelah, Dia tak pernah meninggalkan walaupun kita sering melupakan-Nya.
Keheningan adalah cara untuk mengenal lebih jauh...
siapa kita...
siapa Tuhan kita...
apa yang kita miliki...
semua yang patut kita syukuri...
dan cara bagaimana kita bersyukur pada-Nya...

Sejatinya, makhluk selalu kembali kepada penciptanya.