Cute Brown Spinning Flower

5.8.16

RADAR BAND - Chapter 07


Gambar: Akagami no Shirayukihime - Season 1


“Permisi Mas Pasha,” ucap Arlo saat memasuki studio di samping sekolahnya.
“Eh, Arlo! Mau rental, ya?” tanya Mas Pasha.
“Iya, Mas. Tapi kayaknya udah ada ngeduluin,” jawab Arlo seraya menengok ke ruang studio.
“Oh, iya. Memang sudah ada yang pesan. Mau nunggu? Rentalnya cuma dua jam, kok,” tawar Mas Pasha.
“Sebentar ya, Mas.” Arlo kembali keluar dari studio. Ia menghampiri Reky dan yang lainnya di luar studio.
“Nunggu dua jam nggak apa-apa?” tanya Arlo.
“Udah ada yang ngeduluin, ya?”tanya Ancient.
“Siapa yang main?” sambung Reky.
“Band idola sekolah,” jawab Arlo.
“Oh, Logo Band,” ucap dazaki dan Raja bersamaan. Arlo mengangguk membenarkan,
“Mau nunggu nggak?” tanya Arlo lagi.
Akhirnya Arlo dkk menyetujui untuk menunggu. Mereka memasuki ruang tunggu studio. Menyebalkan memang, tapi mereka tidak bisa membatalkan latihan dan hanya studio ini yang bisa digunakan. Dari dalam ruang studio terdengar bait akhir lantunan musik “Ciuman Pertama – Ungu”.
CKLEK!
Seseorang keluar dari dalam studio. Suara musik sudah tak keras lagi. Rupanya itu Afrizy, drummer Logo Band. Ia keluar dari ruang studio. Langkahnya terhenti saat melihat rombongan Arlo di ruang tunggu studio.
“Kalian rupanya,” seru Afrizy, membuat Arlo dkk menengok ke arahnya.
Pukul lima sore, Arlo dkk dan para personil Logo Band keluar dari studio. Rupanya Logo Band mengajak Arlo dkk untuk latihan bersama. Sehingga mereka tidak perlu menunggu terlalu lama.
“Wah! Permainan band kalian bagus banget,” puji Toya, vokalis Logo Band.
“Thanks ya, Bang. Udah ngajak latihan bareng. Tapi band kita baru terbentuk, jadi nggak sebagus band lu, Bang.” Jawab arlo.
“By the way, nama band lu apa, Lo?” tanya Afrizy.
“Nama band, ya?” gumam Arlo. Ia menoleh ke arah Reky.
“Apa ya, Ky?” tanyanya kemudian.
“Nama band-nya belum ada, Bang.” Jawab Reky sambil cengar-cengir. Ia baru ingat kalau band mereka belum diputuskan namanya.
“Belum Ada? Lucu banget, deh namanya.” Toya memuji.  Ia pikir nama band yang dibentuk Arlo dkk adalah ‘Belum Ada’.
“Bego banget sih lu, Toya. Maksudnya, belum dikasih nama band-nya, makanya belum ada,” sambar Orgarus. Ia mendorong kepala Toya.
“Ha? Beneran?” tanya Toya lagi pada Arlo.
“Ya, begitulah. Gue baru sadar kalau lupa ngasih nama. Nanti kita coba pikirin. Hehehe,” jawab Arlo. Seluruh personil Logo Band tertawa mendengar pengakuan Arlo.
**************************************
“Hallo, semuanya!” sapa Ancient pada Arola, Welvy, dan Sahra saat pulang sekolah. Jum’at itu tak ada jadwal Arlo dkk latihan, jadi Reky, Ancient, Raja dan Dazaki bisa mengurusi kepentingan masing-masing.
“Nggak duluan lagi?” tanya Welvy setengah sinis. Karena selama Ancient bergabung dalam band, ia lebih sering pulang mendahului teman-temannya yang tak tahu menahu itu.
“Sorry, dong! Keperluan itu nggak bisa ditunda. Maafin, ya!” Ancient memohon. Tapi ketiga temannya hanya diam saja.
“Ya, udah deh. Gue pergi aja,” Ancient ngambek karena dicuekin oleh teman-temannya.
“Eits! Baru gitu ngambek,” ujar Arola. Ia menarik lengan Ancient.
“Habis kalian diam saja,” jawab Ancient.
“Kita becanda kok, An.” Welvy memeluk Ancient, begitu pun Arola dan Sahra.
“Yuk, pulang bareng!” ajak Sahra.
Ancient, Welvy, sahra dan Arola berjalan beriringan saat keluar dari kelasnya. Seraya tertawa bercanda, mereka menuju pintu gerbang sekolah. Di hadapan mereka rupanya ada Levy dan Ikrar sedang mengobrol sambil menunggu seseorang. Karena Welvy dan lainnya terlalu asyik bercanda, mereka tidak melihat Levy dan Ikrar.
“Hei, An! Pulang?” seru Ikrar. Ia melambaikan tangan saat mendapatkan perhatian dari Ancient.
“Iya, kak. Duluan kak,” jawab Ancient. Ikrar menjawab dengan menganggukkan kepala dan tersenyum saat Ancient dan teman-temannya melewati mereka. Sedangkan Levy hanya diam memperhatikan dan kembali menghadap Ikrar.
“Tadi Kak Levy lihat ke kita, lho!” seru Sahra setelah agak jauh melewati pintu gerbang sekolah.
“Iya. Tapi buang pandang lagi,” sambung Arola.
“Kenapa ya, setiap kita nggak sengaja bertemu Kak Levy, kalau kita liatin dia buang pandang, kalau kita cuekin dianya lirik-lirik. Sebel, deh!” komentar Welvy.
“Lho, bukannya kalian nge-fans sama Kak Levy. Kok, sekarang jadi nggak suka gitu?” tanya Ancient yang sejak tadi memperhatikan teman-temannya.
“Ya, iyalah. Sombong,” jawab Welvy, Arola dan Sahra bersamaan dengan nada yang cukup keras.
Orang-orang yang berlalu lalang menengok ke arah mereka. Ancient dan lainnya menunduk karena malu.
“Keras banget, sih kalian,” bisik Ancient. Welvy dan lainnya cuma bisa cengar-cengir. Mereka berjalan kembali menjauhi orang-orang yang memperhatikan mereka.
“Oh, iya. Kak Ikrar kok bisa kenal sama kamu, An?” tanya Welvy kemudian.
“Ng... nge-fans sama gue kali. Hehehe,” jawab Ancient sekenanya.
“Nggak mungkin. Pasti dari Raja, kan? Tadi gue liat Raja nyamperin Kak Ikrar dan Kak Levy. Terus akrab gitu ngobrolnya,” tebak Arola. Ancient menjawab dengan mengangkat bahunya.
“Sebaiknya lu jujur, An! Lu udah jadian sama Raja, kan?” tanya Sahra.
Ancient menarik nafas panjang.
“Bahas itu lagi. Kan, udah gue bilang, kalau gue sama Raja itu cuma temanan. Ngerti?” jelas Ancient meyakinkan teman-temannya.
“Eh, udah, udah! Kalian jangan memojokkan Ancient begitu!” ucap Welvy membela Ancient.
“Kecuali, kalau itu beneran...,” ternyata pembelaannya juga candaan.
“Ih, kalian ini. Meledek gue terus. Ada yang balas, lho nanti...,” Ancient semakin kesal saat melihat teman-temannya tertawa.
Tiba-tiba dari arah belakang mereka ada seseorang yang berlari hingga menyenggol bahu Welvy. Ia terjatuh ke aspal jalan diiringi teriakan Arola dan Sahra.
“Aduh! Saki, nih. Kalau jalan liat-liat...,” keluh Welvy. Namun kata-katanya terpotong saat mengetahui seseorang yang menabraknya. Rupanya itu Arlo.
“Sorry! Sorry banget! Gue nggak sengaja. Lagi buru-buru soalnya. Sorry banget, ya!” ucap Arlo. Ia menarik tangan Welvy untuk membantunya berdiri.
“Iya. Nggak apa-apa..,” jawab Welvy pelan. Ia menatap wajah Arlo.
“Beneran nggak apa-apa?” tanya Arlo lagi. Welvy mengangguk pelan.
“Kalau gitu, gue pergi dulu.” Pamit Arlo. Ia melepaskan tangannya dari tangan Welvy dan kembali berlari, meninggalkan mereka berempat.
Ancient, Arola, dan Sahra heran ketika melihat Welvy masih memperhatikan arah Arlo pergi tadi.
“Vy? Lu nggak apa-apa, kan?” tanya Ancient. Ia melambaikan tangannya di depan wajah Welvy.
“An, tadi itu Arlo, kan? Dekat banget, sih,” tanya Welvy seraya bergumam tak jelas.
“Lu nge-fans Arlo juga, Vy?”
“Bukan nge-fans lagi, tapi udah suka. Kapan ya gue bisa jadi pacarnya Arlo? Soalnya setiap akustikan, dia keren banget,” jawab Welvy. Tapi, daripada menjawab pertanyaan, lebih mirip dengan bergumam sendiri.
“Suka?!” seru ketiga temannya bersamaan. Saat Arola dan Sahra terheran-heran. Ancient justru tertawa terbahak-bahak.
“Hahaha, kamu suka sama Arlo, Vy? Kok, bisa sih? Hahaha,” ucap Ancient di tengah tawanya. Ia mencoba menahan tawanya saat melihat Welvy, Arola dan Sahra kebingungan.
“Kita lanjut jalan aja, ya!” ajaknya kemudian seraya mendorong ketiga temannya untuk kembali berjalan.
***************************
Pukul empat sore, hari minggu pada minggu kedua bulan Februari, Arlo dkk baru saja selesai latihan di studio milik Arie.
“Minggu depan udah mulai festival band aja,” gumam Ancient. Ia merebahkan diri pada sofa seraya menikmati cemilan yang disediakan Dazaki. Kemudian Raja datang dan duduk disampingnya. Tapi, tiba-tiba Raja berbaring hingga kakinya menyenggol tubuh Ancient. Ancient langsung menggeser tubuhnya ke arah kanan.
“Raja, lipat kakinya!” perintah Ancient.
“Apaan sih, An? Ngantuk, nih.” Jawab Raja. Ia masih mencoba meluruskan kakinya.
“Lipat kakinya! Kaki lu panjang tau. Gue cabut nih, bulunya,” ancam Ancient.
“Uh! Iya, nih gue lipat. Ngantuk, ni gue,” keluh Raja. Ia melipat kakinya dan memiringkan posisi tubuhnya ke kiri.
Arlo, Reky dan Dazaki tertawa geli melihat kedua temannya yang selalu bertengkar. Bahkan bukan hanya saat latihan saja, hanya berkumpul-kumpul pun ada saja yang mereka perdebatkan.
“Ngantuk kenapa, Ja? Begadang lu semalan?” tanya Dazaki. Ia berdiri di samping kanan sofa yang diduduki Ancient. Tangannya meraih kue kering di atas meja.
“Emm,” jawab Raja singkat.
“Lo! Arlo! Bisa main melodi yang ini, kan? Gue mau nyoba vokalnya, dong.” Pinta Reky pada Arlo yang saat itu masih memainkan gitarnya.
“Ok! Mulai dari intronya ya,” ucp Arlo menyetujui.
Selama Arlo dan Reky berlatih vokal, Dazaki merenungkan sesuatu.
“An! Menurut lu nama band kita apa, ya?” tanya Dazaki kemudian.
“Nama band, yaa? Apa ya?” gumam Ana.
“Iya. Kan, kita belum punya nama band-nya. Kalau Sleepy Band aja, gimana?” tambah Dazaki.
“Kok, Sleepy Band?” tanya Arlo saat telah selesai latihan dengan Reky. Mereka ikut bergabung bersama Dazaki dan Ancient.
“Ngeledek gue, lu Za.” Raja terbangun. Ia duduk merangkul kaki seraya menyenderkan kepalanya pada sofa.
“Eh, Raja udah bangun? Hihi,” tanya Ancient sambil tertawa geli.
“Terus namanya apa, dong?” ucap Raja.
Mereka berlima mulai memikirkan, mencari inspirasi untuk nama band yang mereka bentuk.
“Kira-kira namanya apa, ya?” gumam Arlo. Ia menengok kesana kemari memperhatikan berbagai benda dan teman-temannya. Mulai dari Raja, Ancient, Dazaki, Reky, dan sebaliknya. Mata dan otaknya sama-sama berputar.
“AH! Gue tau!” serunya.

-to be continued-