Cute Brown Spinning Flower

15.6.16

The Beautiful of Friendship - Chapter 21

Saat pulang sekolah bersama Irfan dan Irfani, Ira melihat Ana berjalan sendirian di hadapan mereka. Langkahnya agak terseok-seok. Kakinya yang terkilir belum sembuh benar rupanya.
"Ana!" panggil Ira. Ira berlari menghampiri Ana. Irfan dan Irfani mengikuti dari belakang.
Ana merasa seseorang memanggil namanya. Ia berbalik dan mendapati Ira sedang mendekat.
"Hai, Ira, Irfani, Irfan," sapanya.
"Kamu mau pulang, ya? Kita antar, ya." Ira menawarkan diri.
"Eh, gak usah. Aku bisa sendiri, kok."
"Slow aja. Lagian kita bertiga juga searah jalan pulangnya," tambah Irfan.
"Oh. Oke deh," jawab Ana.
Mereka berjalan berempat. Ira membantu Ana berjalan dengan menempatkan lengan Ana pada bahunya.
"Kenapa nggak minta di jemput saja, Na?" tanya Ira.
"Orang tuaku sedang bekerja di luar kota."
"Kalau Ibu?" tanya Irfani.
"Iya, Ibu yang di luar kota."
"Jadi, kamu bersama Ayah-mu?" tanya Irfan.
"Ayahku udah nggak ada, Fan."
"Eh, maaf Ana."
"Nggak apa-apa, kok. Kan, kalian juga nggak tau." jawab Ana sambil tersenyum.
Sesampainya mereka di sebuah pertigaan, Irfan dan Irfani berbelok ke kiri sedangkan Ana dan Ira berbelok ke kanan. Kemudian saat tiba di sebuab perempatan, Ana meminta berhenti.
"Sampai sini aja, Ra. Aku berbelok kemari. Rumah Ira lurus aja, kan?" ucapnya.
"Tapi, kakimu gimana?"
"Nggak apa-apa, kok. Lagian nggak jauh. Tuh, rumahku yang cat warna kuning." Ana mencoba menenangkan Ira.
"Beneran?"
"Iya. Thanks ya Ira."
------------
Minggu pagi, Ira bermaksud berkunjung ke rumah Ana. Dua hari belakangan ini ia tak bertemu dengannya. Ira khawatir kakinya yang terkilir bertambah parah. Ia berangkat dengan berjalan kaki, menuju jalan yang pernah ditunjukkan Ana.
Namun, saat hendak melewati warung makan yang tutup, Ira melihat segerombolan orang menggunakan pakaian hitam-hitam dengan tutup kepala di samping warung tersebut.
"Kita akan memulai aksi kita siang nanti, saat semua orang sedang beristirahat, kita akan menuju rumah Pak Dama, dan kita ambil semua barang-barang berharga di sana!" ucap seseorang yang memiliki tubuh tinggi besar dan berpakaian lebih rapi.
"Siap, Boss!" jawab mereka. Rupanya orang tersebut adalah pemimpin mereka.
Ira tidak menyangka, ia mendengar sebuah rencana perampokan.
"Pak Dama itu, kalau nggak salah nama Ayahnya Lara, kan?"

- to be continued -

0 komen:

Posting Komentar