Cute Brown Spinning Flower

7.6.16

The Beautiful of Friendship - Chapter 16

Tes tes ... Hmm..
Sebelum masuk ke chapter 16, writer maua ngasih kabar nih reader. Kabar baik, kok. Tenang! Tenang!
Jadi, rencananya writer akan memperkenalkan tokoh-tokoh di The Beautiful of Friendship kepada reader semua. Cuma, masih tahap persiapan ni. Jadi, yang sabar ya.
Gak kerasa udah chapter 16 aja 😣😣😣
So cekidot deh -->>

The Beautiful of Friendship - Chapter 16

Dua minggu kemudian, siswa-siswi SMP N 1 Kendangjari menuju Cagar Alam Pyakumbuh untuk melakukan fieldtrip. Siswa-siswi dipandu oleh tour guide yang juga memperkenalkan macam-macam tumbuhan yang hidup di cagar alam. Beberapa lokasi cagar alam amat rawan, karena terdapat lembah-lembah yang dalam.
"Oke, adik-adik! Sekarang kita kembali ke pos untuk beristirahat. Silahkan Bu Osa!" tour guide yang memandu kelas Ira menghentikan penjelasannya. Ia mempersilahkan Bu Osa untuk memandu siswa-siswinya kembali ke pos jaga.
"Terimakasih Pak Ebi atas panduannya. Ayo semuanya, kita kembali ke pos jaga untuk makan siang!"
"Yeee!" siswa-siswi berseru kegirangan.
"Sssttt! Tapi, setelah makan siang, kalian sharing catatan dengan teman kelompok masing-masing. Trus dikumpulkan kepada ketua kelas. Mengerti?"
"Iya, Bu."
Siswa-siswi Bu Osa mulai berjalan menuju pos jaga. Di sana sudah ada kelas lain yang juga sedang beristirahat. Mereka mengantri untuk mengambil boks makan siang.
"Kita makan di sana, yuk!" ajak Irfan pada teman-teman kelompoknya: Ira, Lara, Irfani, dan Deno. Ia menunjuk tempat teduh di bawah pohon yang cukup besar.
Saat sampai di bawah pohon, Ira langsung mengambil posisi duduk yang ia pikir paling nyaman.
"Enak, nih. Fam, sini makan!" ucapnya agak pelan. Fami mengikuti Ira dan duduk di sampingnya.
Tiba-tiba Lara dan Irfani telah berdiri di hadapan Ira.
"Nih!" Lara melemparkan lembaran kertas HVS yang digunakan mencatat saat berkeliling cagar alam tadi.
"Lho, kok, dikasih ke aku semua?" tanya Ira polos.
"Iyalah. Kamu salin semua itu! Sekaligus buat rangkuman untuk kami berempat!" perintah Lara seenaknya.
"Kok, aku semua yang ngerjain?" protes Ira.
"Berani proter kamu, ya?"
Lara mengambil kotak makanan Ira dengan paksa. Meski pun Ira melawan balik, tapi tarikan Lara lebih kuat, sehingga ia tak mendapatkan kotak makannya kembali.
"Kerjain dulu semuanya, baru boleh makan," ujar Lara. Ia meninggalkan Ira menuju pohon rindang yang lain. Ia memaksa Deno dan Irfan untuk menjauhi Ira. Irfan yang protes menjadi tak berkutik ketika Lara membawa-bawa adiknya, Irfani. Ia hanya bisa menatap kasihan pada Ira.
"Tuh orang makin lama, makin nyebelin, ya?" gumam Fami.
"Sudahlah, Fam. Biarin aja!" balas Ira. Ia mulai menyalin tulisan-tulisan teman sekelompoknya.
"Kamu mau ngerjain semuanya?"
"Mau gimana lagi? Kalau nggak aku kerjain, aku nggak dapat makan siang."
"Benar-benar orang itu. Sampai mengambil makan siangmu, Ra. Kok, aku yang kesal sih," gerutu Fahmi. Ia menahan tinju tangannya. Tapi, Ira hanya menanggapinya dengan tersenyum.
"Kamu harus balas mereka, Ra!"
Ira menggeleng kepalanya.
"Ya udah kalau nggak mau. Biar aku yang balas." Fami melayang mendekati Lara.
"Fami, jangan!" teriak Ira, mencoba mencegah. Teman-teman sekitar menatap ke arahnya. Ira membalasnya dengan tertawa-tawa dan kembali ke posisi awalnya.
Meskipun Fami tidah bisa menyentuh manusia secara langsung, ia bisa menggunakan kemampuan yang dimiliki seperti saat membantu Ira keluat dari gudang. Fami menunjuk ranting kecil tepat di atas kepala Lara. Ranting tersebut tiba-tiba patah dan jatuh tepat di kepala Lara.
"Aduh!" seru Lara. Ia mengusap-usap kepala dengan tangan penuh saus.
"Aaaahh, jadi kotor kan!" gerutunya.
Irfa , Deno dan Irfani menertawakan Lara yang rambutnya penuh dengan saus.
"Diam! Jangan ketawa!" teriak Lara.
Fami melayang kembali mendekati Ira yang tertawa geli melihat reaksi Lara.
"Gimana? Gimana?" tanya Fami.
"Kamu tuh, usil banget."
"Tapi seneng, kan? Rasain, tuh! Hihihi."
"Udah, ah! Lebih baik bantu aku salinkan catatan ini ke kertas yang lain," pinta Ira.
"Ok!"
Fami menunjuk kertas-kertas HVS di tangan Ira. Seketika, seluruh kertas sudah berisi tulisan sesuai yang Ira inginkan.
"Ih, keren. Terimakasih ya, Fam. Akhirnya aku bisa makan," ucap Ira.
"Ah, biasa aja." Fami malu-malu salting. Tapi Ira telah berlari mendekati Lara dan lainnya.
"Yaaahhh, di tinggal...," ujar Fami saat sadar dirinya sudah sendirian. Ia melayang menyusul Ira.

0 komen:

Posting Komentar