Cute Brown Spinning Flower

5.6.16

The Beautiful of Friendship - Chapter 14

Esok harinya, Ira datang ke Taman Bermain Kendangjari lebih awal beberapa menit dari waktu pertemuannya dengan Irfan. Ia menunggu di bangku dekat pintu gerbang taman bermain bersama Fahmi yang sejak berangkat tadi terus mengikutinya.
Satu menit lewat dari waktu pertemuan, Ira melihat Irfan berjalan mendekatinya. Ia memperhatikan sekeliling Irfan, takut ada Irfani dan Lara yang mengikuti. Tapi, pengunjung taman bermain sedang padat-padatnya, sehingga Ira tak yakin kalau ia tak melihat Irfani dan Lara.
"Fahmi! Coba kamu cek! Irfan datang ke sini ada yang ngikutin nggak?" ujar Ira agak berbisik.
"Siap, deh!" Fahmi melayang menuju Irfan dan mulai mondar-mandir mengecek berbagai tempat yang dicurigai sebagai lokasi persembunyian. Kemudian ia melayang kembali mendekati Ira untuk melaporkan hasil penyelidikannya.
"Aman," ucap Fahmi seraya menaikkan kedua jempol tangannya. Ira hanya mengangguk menanggapi laporan Fahmi, sebab Irfan sudah hampir sampai.
"Ng... Pagi Ira," sapa Irfan dengan gugup.
"Pagi," balas Ira seraya tersenyum.
"Ng... Masuk sekarang?"
Ira menjawab pertanyaan Irfan dengan anggukan. Kemudian mereka memasuki taman bermain bersama-sama. Beberapa saat berjalan kaki, Ira hanya mengikuti Irfan yang masih terdiam.
"Kok, dia diam aja sih?" Fahmi berbisik pada Ira.
Ira hanya menjawabnya dengan tersenyum seraya mengangkat bahunya.Tiba-tiba Irfan berhenti. Ia memutar tubuhnya menghadap Ira.
"Kita ngobrol di rumah makan saja, yuk!" ajaknya.
"Boleh," jawab Ira. Ia dan Irfan berjalan menuju rumah makan yang ditunjuk Irfan.
Sampai pesanan datang, Irfan masih terdiam dan belum bicara apa pun lagi. Hal ini membuat Ira jadi kesal, ia memutuskan untuk membuka obrolan mereka.
"Kamu datang sendiri, kan?"
Pertanyaan Ira membuat Irfan terkejut. Ia berpikir, tentunya Ira tak lagi sepenuhnya percaya dengannya karena kejadian di belakang sekolah kemarin.
"I, iya. Sendiri," suara Irfan terbata-bata.
"Anu, Ira... Aku minta maaf," Irfan menundukkan wajahnya dan posisi tangan memohon di atas kepala.
"Aku sama sekali nggak bermaksud untuk mencelakakanmu. Lara mengancamku kalau ia akan menyakiti Irfani jika aku tak mau mengikuti perintahnya. Jadi, aku terpaksa...," Irfan mengangkat kepalanya sedikit, mengintip wajah Ira.
"Mau kan, kamu maafin aku, Ra?" tanyanya.
"Iya. Aku ngerti, kok Fan. Sudah, sudah! Angkat kepalanya!" jawab Ira.
Irfan mengangkat kepala dan menurunkan kedua tangannya.
"Thank you, Ira."
Tiba-tiba Fahmi muncul di belakang Irfan.
"Ira! Ada Irfani dan Lara memasuki taman bermain. Sepertinya mereka menuju ke sini," ujarnya.
Ira mengernyitkan dahinya. Bukankah tadi Irfan datang sendirian? Bahkan Fahmi sudah memeriksanya.
"Irfan, kita pindah yuk ngobrolnya!"
"Loh, kenapa?"
"Nggak apa-apa. Ayo!" Ira menarik lengan Irfan keluar rumah makan lewat pintu samping. Ia melihat sekitarnya takut Lara dan Irfani melihat mereka. Tapi sepertinya mereka belum sampai ke rumah makan. Ira menarik Irfan berlari menjauhi rumah makan.
"Ira! Kita mau kemana?" ujar Irfan. Tiba-tiba kakinya tersandung kaki bangku di samping pagar komedi putar. Irfan terjatuh.
"Ah, maaf Irfan! Dimana yang sakit?" tanya Ira. Ia berjongkok membantu Irfan berdiri dan membuatnya duduk di bangku.
"Nggak apa-apa, kok. Tapi, kenapa kamu buru-buru gitu keluar rumah makan?" Irfan balik bertanya. Tangannya mengusap-usap lutut kanan kakinya. Ira yakin kalau tadi Irfan terjatuh cukup keras dan luka Irfan harus segera di kompres.
"Irfan. Aku beli minuman dingin sebentar, ya. Kamu tunggu di sini!" Ira langsung berlari mencari mesin minuman dingin. Ia meninggalkan Irfan yang berusaha mencegahnya.
"Ira, kok gak jawab pertanyaanku, sih?" gumam Irfan.
"Ya iyalah. Dia tau adik lu datang," Fahmi menggerutu. Meskipun ia tahu Irfan tak bisa mendengar suaranya.
"Irfaaann!" suara seseorang dari jauh. Bukan suara Ira. Irfan menolehkan kepalanya ke arah suara tersebut.
"Irfani?"
"Nah, lho! Ketauan!" seru Fahmi.
Irfani bersama Lara, mereka setengah berlari mendekati Irfan.
"Kok, kamu ke taman bermain gak ngajak aku, sih?" gerutu Irfani saat tiba di samping Irfan.
"Kamu lagi nunggu siapa, Fan?" tanya Lara.
"Aku sendirian, kok. Pengen jalan-jalan sendiri aja. Kalian kok bisa tahu aku di sini?" jawab Irfan.
"Aku lihat tiket kamu kemarin. Jahat banget, sih gak ngajakin aku," jawab Irfani.
"Iya maaf. Ya udah. Sekarang kita jalan-jalan, yuk! Mau naik apa? Kora-kora?" Irfan berdiri. Ia mendorong Irfani dan Lara untuk menjauh dari bangku.
Tak lama setelah Irfan, Irfani, dan Lara pergi, Ira datang. Ia membawa dua minuman kaleng. Hanya Fahmi yang ada di bangku.
"Irfan mana?" tanyanya.
"Pergi, sama Irfani," jawab Fahmi.
"Jadi, Irfani dan Lara tau kalau dia pergi sama aku?"
"Irfan gak bilang apa-apa, kok tentang kamu."
"Hm. Padahal masih ada yang mau kutanyakan."

- to be continued -

0 komen:

Posting Komentar