Cute Brown Spinning Flower

30.5.16

The Beautiful of Friendship - Chapter 11

"Pergi! Pergi! Astagfirullah.. Bismillah.. Subhanallah..," Ira berteriak-teriak seraya menutup wajahnya. Anak laki-laki itu bukannya ketakutan, justru terbang mendekati Ira.
"Hahaha! Kok, kamu ketakutan? Aku kan bukan hantu. Hahaha!" ujar anak itu, ia terus tertawa hingga Ira berani membuka wajahnya.
"Jadi, kamu bukan hantu? Tapi, kok kamu nggak menapak ke tanah kakinya?" masih setengah ketakutan, Ira menunjuk kaki anak tersebut.
"Oh. Soalnya aku bisa melayang-melayang. Tapi, serius. Aku bukan hantu," anak tersebut menurunkan tubuhnya agar kakinya menempel lantai.
"Terus, kalau bukan hantu, kamu apa?"
"Hm, iya juga. Aku apa, ya?"
"Kok, malah nanya balik?" keluh Ira.
"Ya, sudahlah. Nggak usah terlalu dipikirkan. Ngomong-ngomong, terimakasih ya sudah mengeluarkanku dari dalam kotak. Sebagai ucapan terimakasih, mulai sekarang aku akan mengikutimu keeee...manapuuuunnnn.... Ok?!" anak laki-laki itu menjelaskan dengan penuh ekspresi.
Meskipun tidak mengerti, Ira mengangguk saja. Wajahnya kini dipenuhi tanda tanya.
"Oh, iya. Namamu siapa? Aku Fahmi," anak laki-laki itu mengulurkan tangannya.
"Ira," Ira pun mengulurkan tangannya. Ia bermaksud membalas ajakan jabat tangan dari Fahmi. Tapi tangannya tak dapat disentuh. Ira begitu terkejut ketika melihatnya.
"Ha... Hantuuu...!" Ira kembali menyembunyikan wajah dengan tangannya.
"Hei, hei! Sudah kubilang kan kalau aku bukan hantu."
"Tapi, kok tanganku bisa tembus?"
"Aku juga nggak terlalu ngerti kenapa bisa begitu. Hehehe. Kamu sendiri, kenapa bisa di tempat ini?" Fahmi balik bertanya.
"Oh, iya! Tadinya aku mau menghancurkan kayu ventilasi itu. Tapi, aku terjatuh dan sekarang kursi-kursinya...," Ira menunjuk lubang ventilasi dan runtuhan tumpukan kayu.
"Kenapa kamu mau menghancurkan lubang ventilasi?" tanya Fahmi.
"Supaya bisa keluar," jawab Ira singkat.
Fahmi melihat-lihat sekeliling. Mulai dari kayu lubang ventilasi dengan jejak sepatu, tumpukan kursi yang berantakan, hingga pintu besar di hadapannya.
"Kamu di kunci dengan temanmu di sini?" tanyanya.
"Iya," jawab Ira.
"Okelah. Kita keluar sekarang!" Fahmi melayang mendekati pintu gudang.
"Eh, gimana caranya?"
Fahmi menunjuk lubang kunci pintu gudang, muncul cahaya dari ujung jarinya menuju lubang tersebut. Tiba-tiba pintu gudang terbuka.
"Waaahhh! Terimakasih, ya Fahmi. Aku masuk kelas dulu" Ira menarik pintu tersebut dan segera berlari keluar dari dalam gudang. Ia meninggalkan Fahmi sendirian.

0 komen:

Posting Komentar