Cute Brown Spinning Flower

26.4.16

The Beautiful of Friendship - Chapter 3

"Assalamualaikum," salam Ira ketika memasuki rumah.
"Waalaikum salam," jawab Ibunya dari dapur.
Ira membuka sepatu dan menyimpannya pada rak sepatu di samping pintu masuk. Ia berjalan ke kamarnya untuk berganti pakaian dan dilanjutkan dengan salat dzuhur. Setelah usai, Ira menuju meja makan dimana Ibunya sedang menyiapkan makan siang.
"Bagaimana hari pertamamu sekolah, Ra?" tanya Bu Nazar, ibunya Ira.
"Ya, gitu deh Bu. Teman-teman kelasku baik-baik semuanya. Mereka kelihatan senang banget waktu aku masuk ke kelas mereka," jawab Ira.
"Benar kan yang Ibu bilang. Kamu pasti dapat teman-teman baru sebagai ganti teman-teman lama," nasehat Bu Nazar.
Ira mengangguk senang. Kemudian mereka berdua makan siang bersama.
------
Tak terasa sudah seminggu lamanya Ira bersekolah di SMP N 7 Kendang Jari. Sebagai anak yang mudah bergaul, Ira telah mendapatkan banyak teman yang sangat ia sayangi. Bahkan guru-guru pun menyukainya.
"Selamat pagi, anak-anak!" salam Bu Osa saat hendak memulai pelajaran pertama. Beliau menaruh tas dan buku yang dibawanya di atas meja.
"Selamat pagi, Bu!"
"Oke. Sebelum kita mulai pelajaran, Ibu punya pengumuman. Hari ini kalian akan mendapatkan satu teman baru lagi. Ia berasal dari Venitan," ujar Bu Osa.
"Teman baru lagi, Bu?" celetuk Deno.
"Iya. Sebentar ya! Ibu panggil dulu." Bu Osa berjalan keluar kelas dan tak lama beliau kembali masuk seraya membawa seorang anak perempuan berambut panjang.
"Waahhh!!!" decak kagum Irfan saat melihat anak baru itu.
"Bisa nggak, gak usah kagum melulu ke setiap murid baru yang masuk kelas kita?" tanya Irfani setengah berbisik pada Irfan. Ira yang posisinya di antara mereka hanya dapat tersenyum-senyum saja.
"Tenang dulu ya, semuanya! Teman baru kalian mau memperkenalkan diri. Ayo perkenalkan diri, Sayang!" ucap Bu Osa.
"Baik, Bu. Semuanya, nama saya Lirik Damalarani. Saya dari SMP N 99 Venitan," murid baru tersebut memulai perkenalannya.
"Namamu panjang juga, ya?" gumam Bu Osa. "Panggilannya apa, Sayang?"
"Panggil Lara juga nggak apa-apa, Bu." Lara menjawab.
"Oke, Lara. Kamu bisa duduk di bangku sana, ya!" Bu Osa menunjuk bangku tepat di belakang bangku Ira.
Ira memperhatikan Lara yang mulai berjalan menuju bangkunya. Namun, Lara membalas tatapan tersebut dengan tatapan tajam, di wajahnya tak ada senyum sama sekali. Ira merasa risih dan membuang tatapannya ke arah lain. Saat Lara melewati bangku Ira, ia berhenti sebentar dan melemparkan senyum liciknya pada Ira. Ira menyadari hal tersebut.
"Apa, sih maunya anak baru ini?"

- to be continued -

0 komen:

Posting Komentar